Showing posts with label Mineralogi. Show all posts
Showing posts with label Mineralogi. Show all posts

2017-03-14

Alterasi pada Lingkungan Hidrotermal

Intisari dari paper Geological Characteristics of Epithermal Precious and Base Metal Deposits (Simmons et al., 2005)

Alterasi dalam lingkungan epitermal dibagi menjadi lingkungan epitermal aktif dan endapan epitermal. Lingkungan epitermal aktif terdiri atas sistem geotermal, sistem magmatik hidrotermal, dan alterasi argilik lanjut. Endapan epitermal dapat diklasifikasikan berdasarkan kenampakan alterasinya, yaitu kelompok kuarsa ± adularia ± kalsit ± illit dan kelompok kuarsa ± kaolin ± piropilit ± dickite ± alunit. 

Pada sistem geotermal, alterasi yang terbentuk tergantung pada fluida penyusun sistem geotermal. Sistem geotermal memiliki tiga macam fluida penyusun. Pada sistem air klorit akan memiliki kelimpahan mineral alterasi yang berbeda dengan sistem air sulfat dan kaya CO2 (air karbonat).

Sistem air klorit umumnya berkaitan langsung dengan sistem geotermal yang relatif dalam. Air klorit memiliki pH mendekati netral, kandungan Cl sebesar 0.1 - >1 wt%, CO2 3 wt%, dan H2S 10 – 100 ppm (Seward, 1973; Seward dan Barnes, 1997). Lingkungan alterasi dengan sistem air klorit ini terdiri atas kuarsa, albit, adularia, illit, klorit, pirit, kalsit, dan epidot (Barton et al., 1977; Giggenbach, 1997). Kelimpahan mineral alterasi propilitik dapat terbentuk ketika fluida mengalami kesetimbangan dengan batuan dan mineral penggantinya (Giggenbach, 1997). Pada lingkungan boiling (pendidihan) di atas terbentuk kuarsa, adularia, dan kalsit platy pada bukaan dan channel subvertikal untuk fluida terdidihkan yang mendingin. Sistem air klorit yang berpotongan dengan topografi juga akan membentuk silika sinter. 

Sistem air sulfat dan air karbonat terbentuk pada lingkungan air tanah seperti ilustrasi di atas. Sistem air sulfat merupakan salah satu sistem fluida geotermal yang umumnya tidak diinginkan. Sistem ini terbentuk dari pelarutan H2S(g) pada air tanah di kedalaman yang relatif dangkal sehingga umumnya dapat teroksidasi membentuk H2SO4. Air sulfat memiliki karakteristik pH ~2, konsentrasi sulfat ~1000 mg/kg, dan temperatur relatif rendah (~1000C). Alterasi akibat air sulfat membentuk kelimpahan mineral alterasi argilik lanjut, seperti opal (kristobalit), alunit, kaolinit, dan pirit (Schoen et al., 1974). Sistem air karbonat terbentuk dari pengayaan CO2. Air karbonat memiliki karakteristik dengan kandungan CO2 >1wt%, temperatur ~1500 dan berasal dari kedalaman yang dangkal. Alterasi yang terbentuk adalah daerah alterasi argilik dengan kelimpahan mineral terdiri atas mineral lempung, seperti illit, illit-smektit, smektit, dan kaolinit), kalsit, dan siderit. Salah satu contoh lingkungan ini adalah Broadlands-Ohaaki. 

Alterasi
Mineralogi
Pembentukan dan asal
Propilitik
Kuarsa, K-feldspar (adularia), albit, illit, klorit, kalsit, epidot, pirit
Terbentuk pada temperatur  >2400C  oleh air ber-pH mendekati netral
Argilik
Illit, smektit, klorit, interlayered clays, pirit, kalsit  (siderit), kalsedoni
Terbentuk  pada temperatur <1800C pada selubung dan lingkungan yang relatif lebih dangkal oleh air kaya CO­­2 (steam-heated)
Argilik lanjut (steam-heated)
Opal, alunit, kaolin, pirit, markasit
Terbentuk pada temperatur < 1200C, dekat muka air tanah dan  pada lingkungan yang dekat permukaan air acid-sulfate, dapat dijumpai sebagai silika sinter pada lingkungan geotermal
Argilik lanjut (magmatic hydrothermal)
Kuarsa, alunit, dickite, piropilit (diaspor, zunyit)
Terbentuk pada temperatur >2000C oleh fluida magmatik asam langsung
Argilik lanjut (supergene)
Alunit, kaolin, halloysit, jarosit, Fe-oksida
Terbentuk pada temperatur < 400C akibat pelapukan dan oksidasi batuan pembawa sulfida
























Sistem magmatik hidrotermal merupakan salah satu sistem aktif dari lingkungan hidrotermal. Fluida magmatik ini merupakan sumber fluida untuk lingkungan geotermal dan epitermal. Kondisi langsung fluida magmatik dapat diamati melalui kenampakan permukaan pada gas di fumarole yang bersuhu 1000 hingga >8000C, sumber air panas asam, dan batuan teralterasi karena erupsi eksplosif. Intursi yang relatif dangkal dari fluida ini akan membentuk kelimpahan mineral alterasi, berupa alunit, piropilit, dickite, kuarsa, anhidrit, diaspor, dan topaz. Sistem ini dikenal sebagai sistem fluida dominan yang kaya gas, seperti H2S dan H2SO4. Pada kondisi ini, tidak dapat terbentuk silika sinter karena kondisi asam yang menghambat silika polimerisasi dan deposisi silika amorf (Fournier, 1985).

Alterasi lanjut dapat didefinisikan berdasarkan morfologi, kelimpahan mineralogi, dan zonanya. Alterasi lanjut dapat dibedakan menjadi tiga sumber, yaitu fluida magmatik, steam heated, dan pelapukan. Alterasi lanjut akibat fluida magmatik terbentuk setelah batuan terbentuk dimana biasanya memotong stratigrafi dan mengikuti struktur – struktur bersudut tinggi. Pada batuan yang permeabel, alterasi yang terbentuk berupa lapisan. Lapisan argilik akibat steam heated biasanya membentuk ‘selimut’ dengan ketebalan 10 – 20 m. Sama halnya dengan steam heated, alterasi argilik akibat pelapukan juga membentuk selimut yang mengikuti topografi, seperti rekahan sub-vertikal.

Sistem alterasi endapan epithermal low sulfidation.

Mineralisasi epitermal dapat dibagi berdasarkan kelimpahan alterasinya. Endapan epitermal sulfidasi rendah dikenal dari mineral kuarsa ± kalsit ± adularia ± illit. Endapan iini terbentuk oleh air klorit pH mendekati netral, seperti sistem geotermal. Pada skala regional untuk kedalaman (>400 m bawah muka air tanah), alterasi terbentuk propilitik. Pada skala menengah (400 – 150 m bawah muka air tanah), terjadi peningkatan mineral aluminosilikat yang mencerminkan penurunan temperatur dan membentuk zona lempung (illit hingga smektit) dan zeolit (wairakit – heulandit – mordenit). Pada umumnya, pada host rock berpermeabilitas rendah, alterasi akan melingkupi urat dan veinlets, berupa kuarsa, adularia, illit dan pirit. Pada kedalaman dangkal (150 – 0 bawah muka air tanah), terbentuk selimut argilik, illit, dan lempung lainnya (dengan atau tanpa pirit disseminated, karbonat, minor barit, dan minor anhidrit), terutama pada host rock volkanik dan melingkupi tubuh bijih. Argilik lanjut berupa steam heated dapat terbentuk pada lingkungan dangkal, dekat paleowatertable dan paleosurface.

Sistem alterasi endapan epithermal high sulfidation.

Endapan epitermal sulfidasi tinggi dikenal dari mineral kuarsa ± alunit ± piropilit ± dickite ± kaolinit. Endapan ini umumnya menunjukkan tesktur vuggy yang merupakan produk alterasi fluida asam secara intensif. Fenokris dan fragmen litik lainnya mengalami pelindian dan pelarutan. Pada gambar di atas, alterasi melingkupi inti silicic (batuan terlindikan dan silifikasi), alunit, dickite, dan kaolinit atau piropilit, serta smektit atau illit. Alterasi terbentuk memanjang secara lateral dari 1 hingga >100 m. Alterasi propilitik meluas dan melingkupi badan bijih teralterasi asam. Zona illit dan piropilit dapat meluas hingga di bawah deposit. Perubahan kelimpahan mineral alterasi menggambarkan netralisasi fluida asam oleh interaksi dengan air dan batuan, serta pendinginan. Pada level dangkal, argilik lanjut steam heated yang terbentuk menandai paleowatertable.

2017-02-16

Standar Penyusunan Peta Geologi

Di Indonesia, pembuatan simbol untuk litologi pada peta geologi diatur dalam SNI 13-4691-1998, ICS 07.060, tentang Penyusunan Peta Geologi. Dalam SNI tersebut diatur ketentuan tata warna dan simbol yang digunakan dalam peta geologi yang dibuat. Tata warna yang dimaksud adalah sebagai berikut:
  1. Warna dasar yang digunakan adalah kuning, magenta dan cyan, serta gabungannya. Setiap warna dinyatakan dengan sandi 0, 1, 3, 5, 7 dan x, yaitu sandi derajat kekuatan warna atau persentase penyaringan pada proses kartografi.
  2. Warna yang dipilih untuk membedakan satuan batuan sedimen dan endapan permukaan sepenuhnya menganut sistem warna berdasarkan jenis dan umur. Dalam membedakan beberapa satuan seumur dapat digunakan corak.
  3. Batuan malihan dibedakan berdasarkan (1) derajat dan fasies serta (2) umur nisbi batuan pra-malihan dan litologi. Tata warna batuan malihan sama dengan batuan sedimen atau mengunakan bakuan warna khusus.
  4. Warna batuan beku menyatakan susunan kimianya: asam, menengah, basa dan ultrabasa. Dalam membedakannya dipilih warna yang berdekatan dan singkapan huruf atau menurut kunci warna yang sudah dibakukan, Bila diperlukan, dapat digunakan corak dengan bakuan khusus.
  5. Batuan gunung api yang berlapis dan dan diketahui umurnya, mengikuti tata warna untuk batuan sedimen. Perbedaan litologi untuk lahar, breksi gunung api dan tuff dinyatakan dengan corak. Beberapa satuan batuan gunung api pada suatu lembar peta geologi dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya dengan batuan warna khusus.
  6. Satuan tektonik dinyatakan dengan corak khusus.
  7. Atas dasar pertimbangan keilmuan atau prospek ekonomi, beberapa hal yang menonjol seperti batuan terubah, derajat pemalihan atau persifatan khusus lainnya, pada peta geologi dapat disajikan secara khusus.
Corak dasar batuan

Konsep Tabling

Pemisahan mineral ekonomis dan pengotornya dapat dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan sifat fisik antara material ekonomis dan pengotornya. Salah satu sifat fisik yang dapat digunakan untuk memisahkan mineral tersebut adalah perbedaan densitas. Akibat adanya pengaruh atau konsentrasi gravitasi, material-material dengan densitas yang besar akan mengendap dan memisah dari material-material dengan densitas yang lebih ringan.

Konsep shaking table
Shaking Table adalah alat yang umumnya digunakan untuk memperoleh konsentrat emas bersih. Alat ini terdiri dari sebuah dek dengan alat-alat dukungan yang dapat divariasikan. Pada shaking table untuk operasi normal, ukuran feed yang digunakan adalah 3 mm hingga 100 mikron. Sebuah motor ditempatkan di satu sisi drive lengan kecil yang mengguncang meja sepanjang sisinya. Prinsip kerja shaking table adalah perbedaan densitas yang diikuti pergerakan partikel di dalam fluida yang dibantu dengan gaya dorong air (flowing film concentration) dan efek gaya sentak dari head motion.

Bervariasi yang tersedia di pasar dan produsen masing-masing memiliki khusus sesuai dengan penggunaannya. Table berosilasi horizontal dan konsentratnya partikel berat karena perbedaan inersia diciptakan oleh gerak dingin reciprocating dari dek miring dari meja. Partikel kasar akan membutuhkan stroke panjang pada kecepatan lebih rendah dan partikel halus perlu stroke lebih pendek pada kecepatan lebih cepat.

Variabel - variabel dari shaking table dapat dibagi menjadi:
Design Variable
  1. Table shape
  2. Table surface material
  3. Shape of riffle
  4. Pattern of riffle
  5. Acceleration dan decceleration
  6. Feed Presentasion
Running Speed
  1. Motor speed
  2. Pulley Speed
Stroke
  1. Toggle
  2. Vibrator setting
Operating Controls
  1. Table tilt
  2. Pulp density of feed
  3. Wash water
  4. Position of product splitter
Sluice box merupakan suatu alat konsentrasi mineral bijih yang berdasarkan atas specific gravity. Dalam proses ini mineral mempunyai specific gravity tinggi akan mengendap yang nantinya akan diambil sebagai konsentrat sedang mineral yang ringan akan ikut terbawa aliran air sebagai tailing. Alat sluice box berupa lounder dengan ukuran panjang 8-12 meter, lebar 1 meter dengan feed 10%-20%. Mekanisme pemisahan yang terjadi di dalam sluice box sebagai berikut: 
  1. Feed yang sudah terliberasi sempurna seperti emas, timah, pasir besi dimasukkan ke dalam sluice box
  2. Partikel-partikel yang berukuran besar dipisahkan terlebih dahulu. 
  3. Bila pada ujung alat sudah terdapat mineral berat berarti alat sudah jenuh maka pada alat lounder tersebut dibersihkan (cleaning), yaitu dengan mengalirkan air pembersih (wash water) dan akan terjadi pemisahan antara partikel berat dari partikel ringan. 
  4. Partikel berat akan tertinggal pada bagian belakang bawah riffle atau akan menempel pada karpet sebagai konsentrat. Dalam pengambilan mineral yang menempel pada karpet maka karpet tersebut biasanya dibakar.

Konsep Magnetic Separator

Magnetic separator bekerja dengan memanfaatkan pengaruh medan magnet pada bijih yang akan dipisahkan. Dengan memanfaatkan sifat kemagnetan saja disebut sebagai magnetic separator. Berdasarkan sifat kemagnetannya, material dibagi menjadi tiga kategori, yaitu ferromagnetic, paramagnetic, dan diamagnetic. Ferromagnetic merupakan material yang memiliki sifat kemagnetan kuat atau dapat dipengaruhi kuat medan magnet. Paramagnetic merupakan material yang dipengaruhi oleh lemah medan magnet atau memiliki sifat kemagnetan lemah. Diamagnetic adalah material yang tidak memiliki sifat kemagnetan atau tidak dipengaruhi magnet sama sekali. Unsur yang termasuk ferromagnetik adalah Fe dalam hematite. Mineral yang termasuk paramagnetik adalah magnetite. Mineral yang termasuk diamagnetik adalah ilmenite. 

Alat magnetic separator terdiri dari  dua macam, yaitu:
  1. Low Intensity Magnetic Separtor
  2. High Intensity Magnetic Separator.
Dalam menentukan pemakaian jenis alat pemisahan tersebut harus diketahui jenis dan kekuatan magnet dari bahan galian (mineral). Reaksi ini dapat diukur berdasarkan dari jenis kemagnetan yang telah disebutkan sebelumnya.  Partikel yang tertarik ke medan magnet disebut partikel magnetik. Partikel magnetik dibagi menjadi dua, yaitu partikel magnet kuat, seperti besi dan magnetite, dan partikel magnetik lemah, seperti rutile, ilmenite, dan kromit.

Partikel magnet yang kuat (feromagnetic) dapat dengan mudah dipisahkan dengan pemisah yang memiliki intensitas rendah medan magnet 400-600 Gauss. Partikel magnet yang lemah (paramagnetic) memerlukan intensitas medan magnet yang lebih tinggi untuk memisahkan mereka, biasanya mulai dari 6.000 hingga 20.000 Gauss. Perbedaan intensitas ini menyebabkan ada dua tipe alat magnetic separator, yaitu low intensity dan high intensity magnetic separator

Mekanisme kerja dari magnetic separator bekerja berdasarkan gaya – gaya yang bekerja saat pemisahan berlangsung. Gaya – gaya tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Gaya magnet. Gaya magnetik pada partikel kecil dalam percobaan terkadang sulit untuk dianalisis. Fenomena ini dapat dibayangkan sebagai titik dipole magnet dikelilingi oleh massa partikel. Gaya magnetik dari suatu partikel bergantung dari kuat medan magnet yang diberikan dan gradien medan magnet yang diinduksikan.
  2. Gaya gravitasi, sentrifugal, friksi dan gaya inersial. Gaya gravitasi dari partikel berbentuk bola dengan densitas. Pada alat pemisah kering (dry magnetic separator) yang memisahkan partikel relatif besar, maka gaya magnetik harus cukup untuk menahan partikel terhadap competing force gravity. Dalam pemisah basah (wet magnetic separator) dari partikel kecil, gaya magnetik harus lebih besar dari gaya gesek partikel.
  3. Gaya attractive atau repulsive interpartikel. Gaya-gaya yang bekerja ini didasari oleh keadaan dari feed dan karakteristik dari separator itu sendiri.
Konsep pemisahan magnetik
Kinerja dari gaya – gaya ini juga dipengaruhi oleh karakteristik lain atau faktor – faktor pemisah lainnya. Faktor – faktor tersebut, antara lain sifat fisik feed dan peralatan yang digunakan. 

2017-02-15

Konsep Flotasi

Secara garis besar, flotasi merupakan proses pemisahan suatu zat yang ada di dalam zat cair (fluida) maupun gas dengan prinsip pengapungan. Dimana zat yang akan dihilangkan berada di atas (hidrofobik), sedangkan fluidanya berada di bawah (hidrofilik). Proses flotasi merupakan proses yang bergantung sifat adhesi mineral tertentu terhadap udara (hidrofob) dan terhadap air (hidrofil). Dalam membantu proses flotasi dengan mengubah sifat-sifat permukaan partikel mineral perlu ditambahkan zat-zat kimia berupa reagent

Ada tiga reagent utama yang digunakan dalam proses flotasi, yaitu :
  1. Collector. Collector adalah bahan yang dapat menyebabkan partikel mineral hidrofilik menjadi hidrofob, yaitu dengan cara melapisi permukaan polar dari partikel mineral dengan reagent sehingga pada bagian luar dari mineral terjadi reaksi kimia yang membentuk lapisan non polar yang mudah menarik udara. Akibatnya, mineral akan mudah menempel pada gelembung udara. Contoh kolektor untuk mineral sulfida yang umum digunakan adalah Xanthate dan Dithiophosphate, serta untuk mineral non sulfida adalah Fatty acid jenuh dan tidak jenuh.
  2. Frother. Frother digunakan untuk membantu menstabilkan gelembung udara yang terbentuk, sehingga tidak mudah pecah. Gelembung-gelembung udara yang terbentuk harus dapat bergerak bebas di dalam pulp dan dapat mengambil partikel-partikel mineral berharga, lalu diapungkan ke dalam pulp dengan dimasukkan udara. Contoh frother adalah DOWFROTH Flotation Frother Series, MIBC, dan Polyalkoxyparaffins.
  3. Modifier (Modifying Agent). Modifier digunakan untuk mengembalikan sifat permukaan ke yang aslinya yang berakibat pada peningkatan selectivity.
Cara kerja flotasi secara umum adalah dengan memanfaatkan keterbentukannya gelembung udara yang mengapungkan mineral berharga yang dipisahkan. Gelembung-gelembung udara terbentuk karena adanya udara yang dihisap ke dalam pulp dan frother yang membentuk energi bebas permukaan pada antar muka air dan udara. Partikel-partikel feed harus berukuran halus. Hal ini karena ukuran partikel yang halus akan menyebabkan density asosiasi partikel-gelembung menjadi lebih kecil dari density air.

Sifat adhesif partikel muncul karena ion permukaan dilapisi melalui reaksi secara adsorbsi fisik atau kimia dengan bagian ionik kolektor dan bagian organiknya mengubah sifat permukaannya, misalnya menjadi hidrofob. Dengan demikian, gelembung udara akan mengalami aerasi. Partikel-partikel mineral yang menempel pada permukaan gelembung akan terbawa naik ke permukaan pulp dan terpisahkan.

Langkah-langkah yang dilakukan pada proses flotasi sulfida adalah :
  1. Penghancuran dan penghalusan (kominusi)
  2. Desliming
  3. Pulp Concentration
  4. Conditioning
  5. Aeration
  6. Pemisahan
Proses flotasi dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut. 
  • Ukuran partikel 
  • Persen padatan 
  • Derajat oksidasi 
  • pH pulp dan karakteristik air 
  • Reagent flotasi 
  • Kecepatan putaran pengaduk 
  • Laju pengaliran udara 
Flotasi sel yang digunakan secara komersial ada berdasarkan cara pemasukan udara, yaitu:
  1. Agitation Machine Cell. Gelembung udara yang dihasilkan berasal dari perputaran impeler dalam pulp, sehingga gelembung udara dapat bergerak ke atas.
  2. Pneumatic Machine Cell. Gelembung udara dimasukkan ke dalam flotation cell melalui injeksi dari luar seperti diberikan dari keran udara.
  3. Cascade Machine Cell. Terjadinya gelembung udara seperti jatuhnya copebble pada suatu cairan.
  4. Sub Aeration Machine Cell. Serupa dengan Agitation Machine Cell, tetapi alat ini memiliki alat yang dapat mengatur jumlah udara.
  5. Vacum and Pressure Cell. Udara masuk karena tangki dibuat vakum oleh pompa penghisap dan udara dimasukkan oleh pompa injeksi. 

Mekanisme Kerja Jigging

Mekanisme kerja jigging akan berkaitan langsung dengan proses pengendapan. Secara umum, mekanisme jigging yang dilakukan adalah melalui tahapan berikut :
  1. Pengumpanan. Pemisahan harus dilakukan dengan laju dan persen solid yang konstan. Umpan yang masuk harus merata pada seluruh permukaan jig. Umpan berupa slurry dengan 25% - 45% solid masuk pada salah satu ujung jig, dan mengalir membentuk arus horizontal (crash flow) di permukaan jig.
  2. Stratifikasi (Pengendapan). Partikel ringan (density rendah), terutama yang berbutir halus terbawa arus dan keluar pada ujung yang lainnya. Partikel yang mengendap dari arus horizontal ini pada zona transportasi masuk di daerah di mana aksi jigging bekerja di antara arus horizontal dan ayakan. Mekanisme pada jigging dapat terlihat pada zona ini, seperti differential accleration, hindered settling, dan trickling.
  3. Pemisahan. Pemisahan lebih berkaitan pada pengeluaran hasil pemisahan, baik sebagai underflow atau overflownya. Semua bergantung pada densitas yang terlihat pada startifikasi. Mineral ringan yang oleh tekanan dari stroke pada fluida akan terdorong memasuki zona separating dan terbawa oleh arus horizontal. 
Pada zona separating akan dimasuki oleh mineral berat, dan berusaha mendorong ke atas middling. Oleh sebab itu middling mempunyai peluang masuk pada zona separating. Di sinilah yang menjadi fungsi raging (ayakan) agar mineral ringan tidak turun sebagai underflow. Mineral berat yang besar dengan cepat mencapai permukaan ayakan diikuti dengan mineral berat yang kecil melalui zona roughing dan separating.
Mekanisme jigging

Dalam penggunaan jig sebagai separator, dikenal suatu tahap pengendapan yang diakibatkan stratifikasi pada proses yang terjadi. Prinsip pengendapan ini hampir mirip dengan mekanisme kerja jigging secara umum. Mekanisme itu adalah sebagai berikut :
  1. Perbedaan percepatan. Dalam waktu yang relatif singkat partikel dengan berat jenis lebih besar akan mempunyai jarak tempuh yang lebih besar dari   pada   partikel   yang   berat   jenisnya lebih  kecil (differential acceleration). Percepatan awal dari partikel tidak bergantung pada ukuran dan bentuk partikel tersebut, tetapi dipengaruhi oleh densitas partikel dan densitas fluida yang digunakan.
  2. Hindered settling. Hal ini menunjukkan bahwa bukan pengendapan bebas dari satu partikel, melainkan dari sekelompok partikel yang menjadi satu sehingga terbentuk seperti suatu perlapisan. Efek hindered settling akan menyebabkan  partikel yang lebih berat akan mengalami settling lebih cepat dibandingkan partikel yang lebih ringan. 
  3. Interstitial trickling. Mekanisme menunjukkan bahwa partikel kecil dapat lolos di antara partikel besar. Gaudin mengajukan mekanisme trickling untuk jigging yang disebut sebagai consolidation trickling.
Skema siklus proses jigging: (a) pulsion, (b) differential acceleration, (c) hindered settling, (d) interstitial trickling

Kapasitas jig berbanding lurus dengan efek transportasi dari arus horizontal umpan. Agar kapasitasnya dapat diperbesar dan memiliki efisiensi tinggi, maka ada empat faktor yang penting untuk diperhatikan, antara lain : 
  1. Ukuran dari partikel kecil. Ukuran umpan yang dikehendaki masuk menjadi konsentrat dan keluar melalui hutch
  2. Volume umpan persatuan waktu. 
  3. Ketebalan aliran. 
  4. Banyaknya hutch water persatuan waktu yang masuk ke aliran. 
Jig juga dapat dibedakan berdasarkan ayakannya, yaitu:
  1. Jig dengan ayakan bergerak. Jig ini dipakai di daerah terpencil dan sekarang sudah jarang digunakan lagi.
  2. Jig dengan ayakan tetap. Dilasi dari mineral di atas ayakan diciptakan oleh gerakan bolak – balik fluida yang menerobos ayakan. Gerakan bolak – balik ditimbulkan secara mekanis oleh energizing unit.

Konsep Jigging

Pernah dengar jigging? Ini adalah salah satu metode pengolahan bahan galian yang digunakan untuk memproses pemisahan material berdasarkan perbedaan densitas dua material yang akan dipisahkan. Jigging sangat mudah ditemui di Pulau Bangka dan Pulau Belitung untuk memisahkan bijih timah dan pengotornya. 

Jigging is one of the oldest processes used to separate heavy minerals from the lighter gangue. This technology was used in Cleopatra's time to separate wheat from chaff. A jigging sieve was described by Agricola in De Re Metallica in the 16th century.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa jigging merupakan konsep pemisahan yang sejak dulu digunakan. Jigging merupakan proses konsentrasi berdasarkan pada aliran air ke atas. Pemisahan pada jig terjadi karena perbedaan SG (specific gravity) yang mana tiap mineral akan mengalami tiga peristiwa, yaitu: hindered settling, differential acceleration dan consolidation trickling. Agar proses pemisahan berlangsung kontinu, diperlukan adanya suction dan pulsion, dimana pada waktu terjadi suction diperlukan underwater agar besarnya suction tereliminir.

Pada pengolahan bahan galian, jigging digunakan pada mineral yang memiliki kontras densitas tinggi terhadap pengotornya. Penggunaan jigging misal dalam pemisahan kasiterit terhadap ilmenite, kuarsa dan hematite. Jigging juga dapat digunakan dalam industri batubara. Pengolahan batubara dilakukan dengan menggunakan Baum jig dan Batac jig. Baum jig sesuai digunakan untuk pencucian batubara ukuran besar, meskipun demikian akan lebih efektif melakukan pencucian pada ukuran 10 – 35 mm dengan spesifik gravity 1,5 –1,6. Modifikasi Baum jig adalah Batac jig yang biasa digunakan untuk batubara ukuran halus. Pada batubara ukuran sedang, prinsipnya dengan pulsing (tekanan) air hembusan yang berasal dari samping atau dari bawah bed. Dalam menambah bed atau mineral keras yang digunakan untuk meningkatkan stratifikasi dan menghindari pencampuran kembali. Mineral yang digunakan biasanya adalah feldspar yang berupa lump silica dengan ukuran 60 mm.
Konsep jigging secara umum di tambang batubara.
Skema (1) pulsator, (2) regulatory device, (3) jigging screen, (4) discharge device
Source: http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/Jigging+Machine
Jenis – jenis Jig yang ada antara lain berdasarkan penimbul suction dan pulsion, plunger, diaphragm, pulsator dan air pulsator.
  1. Harz Jig
  2. Diaphragm Jig
  3. Baum Jig
  4. Circular Jig
  5. Wernco Jig
  6. Pneumatic Jig
  7. Bathe Jig

Perthite

Perthite merupakan mineral hasil pendinginan yang tidak bercampur dari solid solution pembentuk k-feldspar dan plagioclase. Terkadang, pembentukan mineral adalah stabil pada suhu tinggi dan menjadi tidak stabil ketika terjadi penurunan suhu. Akibatnya, tidak terjadi pencampuran sehingga ada butir yang terbentuk terdiri blebs, patches (seperti tambalan) atau serabut  di antara  kedua mineral terbentuk. 

Perthite tumbuh sebagai intergrowth di antara pembentukan dua mineral K-Feldspar yang berbeda dalam satu batuan. Perthite biasanya terdiri dari vein atau garis dari feldspar pada mineral feldspar lainnya. Perthite dapat merupakan kombinasi albite yang bercampur dengan orthoclase (microcline).

Tipe perthite dapat dibagi berdasarkan:
  1. Asal pembentukannya, yaitu ada antiperthite dan mesoperthite. Antiperthite adalah perthite ini berasal dari K-feldspar (contoh microcline dan orthoclase) yang terbentuk pertama kali, lalu baru Na-feldspar (contoh albite dan oligoclase). Mesoperthite adalah perthite yang terbentuk berkebalikan dengan antiperthite. 
  2. Ukurannya, yaitu cryptoperthite, microperthite, dan macroperthite. Cryptoperthite merupakan perthite dengan ukuran yang sangat halus. Microperthite merupakan perthite yang ukurannya lebih besar dari cryptoperthite dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Macroperthite adalah perthite dengan ukuran paling besar.
  3. Tipe, yaitu perthite, amazonite-perthite, dan orthoclase-perthite. Perthite adalah pertumbuhan yang terjadi antara albite dan microcline. Amazonite-perthite adalah perthite yang tumbuh antara albite dan microcline hijau (amazonite). Orthoclase-perthite adalah perthite yang tumbuh antara albite dan orthoclase. 
Perthite dengan kristal plagioclase.
K-fledspar pada gambar ditunjukkan sebagai butir tunggal yang memiliki garis pembagi kembar di tengah. Di dalamnya terdapat serabut plagioclase yang tidak menyatu dengan k-feldspar. K-feldspar dan plagioklas terdapat sebagai larutan mineral tunggal pada suhu tinggi.

Deskripsi Perthite (Potassic dan Alkali Feldspar) – K(AlSi3O8)
Sistem kristal         : Monoklin
Indeks refraksi : 1.518 – 1.534
Birefringence         : 0.006 – 0.007
Belahan                  : Sempurna
Twinning                : Carlsbad
Warna                   : Tidak berwarna
Pleokroisme           : Lemah
Relief                    : Lemah
Pembentukan         : Batuan vulkanik felsik