Dalam geologi, banyak sekali cabang ilmu seperti geokimia dan lainnya. Banyak juga teknik yang digunakan untuk menyelidiki pesan apa yang dibawa oleh fenomena alam, batuan dan lain sebagainya. Pengembangan teknologi ini yang terus diusahakan banyak pihak. Bahkan pemindai 3D untuk batuan pun sudah ada. Apa tujuannya? Mempermudah penyelidikan dan mengefisiensikan lebih lagi untuk proses penambangannya sehingga ekstraksinya tidak ada yang terlewat.
Salah satu metode penyelidikan geologi yang ada untuk laboratorium adalah inklusi fluida. Sedikit kurang populer di Indonesia karena keterbatasan alat yang tersedia juga, tetapi metode yang sama namanya dengan yang diselidiki ini, sangat bermanfaat.
Contoh inklusi fluida |
Pada umumnya, badan bijih diendapkan pada temperatur dan tekanan yang sangat tinggi dibandingkan keadaan atmosfer. Dalam konsep paragenesa, temperatur dan tekanan pembentukan mineral dapat dijadikan indikator untuk proses pembentukan mineral. Pemahaman tentang ini bergantung pada pengamatan terhadap bijih dan mineral gangue di laboratorium (ore microscopy). Oleh karena itu, banyak metode digunakan untuk mempelajari indikator ini, seperti stable isotop, tetapi inklusi fluida merupakan metode terbaik. Inklusi fluida merupakan fluida pengisi vakuola/lubang yang terperangkap dalam mineral. Fluida yang terperangkap akan menyediakan data mengenai kondisi lingkungan pembentukannya. Studi inklusi fluida memberikan informasi penting bersama – sama dengan observasi petrografi dan analisis mikrotermometri dari inklusi.
Contoh inklusi fluida |
Konsep inklusi fluida pertama kali diperkenalkan pada abad ke-18. Pada tahun 1972, Dolomieu melaporkan tentang inklusi fluida pada kuarsa yang terisi bersama dengan minyak. Pada tahun 1858, Sorby menggunakan inklusi fluida untuk melakukan korelasi geologi. Menurutnya, gelembung dalam inklusi fluida disebabkan oleh adanya perbedaan kontraksi temperatur; pemanasan kembali inklusi akan menyebabkan hilangnya gelembung yang menunjukkan kemungkinan temperatur pembentukan mineral. Pada abad ke-20, Edwin Roedder merupakan peneliti utama yang menjadi acuan peneliti berikutnya untuk inklusi fluida.
Informasi dari inklusi fluida dapat menyediakan data berikut :
- Temperatur presipitasi mineral. Data temperatur yang diperoleh akan menyediakan informasi mengenai temperatur terendah pada pembentukan mineral. Pada kondisi tertentu, dari inklusi fluida dapat ditentukan temperatur sebenarnya dari pembentukan mineral secara terbatas.
- Tekanan presipitasi mineral. Inklusi fluida dapat menentukan tekanan terendah dari kondisi terperangkap atau tekanan sebenarnya melalui conto tertentu.
- Komposisi dan asal fluida. Dari inklusi fluida, dapat ditentukan salinitas fluida asal presipitasi mineral. Pengukuran terhadap inklusi fluida juga dapat menyediakan informasi tentang identitas dan konsentrasi ion utama dalam larutan, kehadiran material organik, rasio ion utama dan minor, konsentrasi komponen terlarut tertentu, seperti sulfat, identitas dan konsentrasi gas terlarut, dan komposisi isotop fluida.
- Peristiwa selanjutnya dari temperatur, tekanan, dan komposisi fluida. Pada conto yang tepat, dapat ditentukan parameter – parameter tersebut dari inklusi fluida yang terperangkap setelah mineral tumbuh (inklusi sekunder).
Referensi:
Mineralogical Society of Canada Short Course, 2003, Vol.32 Fluid inclusions
Goldstein and Reynolds, 2005