2011-03-22

Zeolit Cikembar

Part 2 dari ekskursi ke Sukabumi.
Selesai belajar tentang Pasirtu, mampir sudah ke tambang zeolit. Jadi, sebelumnya, apa itu zeolit kah? Gimana nambangnya?
Atau bahkan mungkin bahan galian ini tidak cukup familiar buat anak - anak tambang sendiri karena ia tergolong pada bahan galian C. Ini wajar sekali karena kebanyakan pada kuliah, lebih penekanan pada bahan galian vital bagi pemerintah. Wajar dong, namanya juga tuntutan alami. Nah, gimana dengan zeolit ini, si batu hijau penghias banyak tempat indah yang disebut rumah?

Zeolit ini dikenal sebagai apa kalau dijual? Ya, yang penulis tahu adalah sebagai batu hias buat rumah, dan dalam bentuk lebih halus lagi jadi makanan buat ternak. Pada dasarnya, yang membuat zeolit istimewa salah satunya adalah kemampuan dia untuk menyerap air. Cincin ikatan di dalamnya bisa fleksibel bertukar dengan mengikat ion - ion penyusun air. Oleh karena itu, zeolit juga digunakan dalam dunia pertamanan.

Ekskursi kemarin dilakukan di Cikembar, sekitar 1 jam dari Cimangkok. Di sini, zeolit ditambang dalam skala cukup besar untuk ukuran tambang rakyat. Ada tempat pengolahan untuk kebutuhan batu hiasnya dan ada pabrik untuk prosessing zeolit jadi makanan ternak atau kebutuhan lainnya.

Ini adalah contoh zeolit. Pensil dijadikan komparator terhadap fragmen batuan tertentu (warna hitam) yang menyusun dari zeolit. Hal ini berkaitan dengan genesa zeolit.

Atas. Gambar menunjukkan mesin pemotong zeolit. Zeolit dari tambang diambil dengan ukuran blok yang besar, lalu diprosesing dengan mesin pemotong untuk dibuat dalam ukuran tertentu sesuai kebutuhan pasar. Dari tambang ini salah satunya dihasilkan zeolit dalam ukuran 10 x 10 cm.

Endapan ini ditemukan di Desa Cikembar. Endapan memiliki bentuk massif yang merupakan hasil diagenesa ataupun primer. Secara genesa, zeolith yang terbentuk pada daerah cikembar kemungkinan besar adalah hasil diagenesa yang terstrukturkan kuat akibat proses tektonik. Pengendapan terjadi pada daerah tersebut lalu membentuk zeolit.

Sedimen yang terendapkan ini lalu termetamorfkan karena adanya aktivitas geologi sehingga pengaruh panas dan tekanan yang berubah dengan cepat. Hal ini dapat dilihat pada kenampakan zeolit yang ada di Cikembar ini. Zeolit hasil diagenesa di tempat ini tampak sangat berbeda kenampakannya dengan yang ada di Tasikmalaya. Kenampakan luar zeolit lokasi ini lebih pada berstruktur kasar, tampak adanya model gelembung pada batuan zeolit tersebut dan sebagian pun dalam kondisi halus yang mencerminkan zeolit hasil diagenesa.

Akan tetapi, butuh dilakukan penelitian lebih lanjut karena di lapangan juga tampak pada sampel zeolit yang ditemukan memiliki sisipan slate ataupun fragmen lainnya. Keberadaan sisipan ini dapat mengindikasikan bahwa zeolith daerah tersebut juga merupakan zeolit hasil alterasi primer dari larutan hidrotermal. Selain itu juga, kristal – kristal yang tampak pada zeolith merupakan ciri hasil pembentukan zeolit secara primer. Pada pit zeolit, tampak gradasi peralihan antara bentonit dan zeolit pada bagian bawah untuk struktur horizonnya.

Secara petrologi, zeolith merupakan nama kelompok mineral yang terdiri atas Silika Alumina Hidrat dengan Alkali. Strukturnya memiliki rangka tetrahedral yang berbentuk cincin sehingga terdapat rongga yang dapat terisi oleh kation dan air dan dapat menjadi tenpat pertukaran kation. Zeolith memiliki warna kehijauan hingga sedikit putih. Dengan struktur inilah, zeolith dapat digunakan sebagai absropber.

Metode penambangan yang digunakan pada endapan zeolith di Cikembar ini adalah open pit. Para penambang mengambil potongan batuan zeolit secara manual dengan menggali ke bawah dengan besi (palu, pancil) pada ukuran 25 x 45 cm.Kemudian, potongan batuan ini langsung diproses dengan mesin ataupun pahatan manual yang disebut dengan RTM dan RTS pada finishingnya. Batuan zeolith ini diproses menjadi ukuran yang lebih kecil, yaitu 10 x 10 cm sebelum dijual ke pasar lokal.

Atas. Zeolit diambil dari tambang kecil ini dengan kedalaman hingga 10 m ke bawah. Tambang ini dapat dikatakan sebagai open pit mini. Namun, bayangkan bagaimana keselamatan pekerjanya? Antara nyawa dan kebutuhan hidup. Penggunaan mereka dengan alat masih tergolong sederhana dan cukup berbahaya jika tidak berpengalaman dengan semua kegiatan ini.

2011-03-21

Pasirtu Cimangkok

Nah, ini hasil ekskursi kemarin di daerah Sukabumi, pada 3 - 4 Januari 2011 lalu. Dalam ekskursi dilakukan kunjungan ke enam lokasi pengamatan.
Lokasi terdiri dari :
  • Tambang Pasirtu, Cimangkok
  • Tambang Zeolit, Cikembar
  • Tambang Batugamping, Cikembar
  • Tambang Kuarsa, Cimandak
  • Tambang Emas, Cigaru
  • Endapan Pasir Besi, Pantai Loji
Dalam kunjungan ini, semua tambang yang dilakukan adalah gabungan tambang rakyat dan tambang yang sedang dalam reklamasi. Berikut, deskripsi ringkas tentang perjalanan dan kondisi tempat, serta pengamatan yang dilakukan kemarin. :D
Kita mulai dari Pasirtu dulu,

Tambang Pasirtu, Cimangkok.
Secara geologi, daerah ini termasuk ke dalam satuan breksi dan lahar dari Gunung Gede. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa bentuk endapan adalah berlapis dengan layer berupa indikasi sequence pengendapan hasil aktivitas vulkanik Gunung Gede. Letusan Gunung Gede mengalir dari arah utara ke barat lalu terhalang oleh Bukit Kencana yang mengitari lokasi penambangan yang dikunjungi. Selain menunjukkan umur pengendapan, sequences yang ada menggambarkan perulangan lapisan pasir dari kasar ke halus secara bertahap. Tipe endapan adalah endapan sedimenter.
Endapan terbentuk dari hasil aktivitas Gunung Gede yang terbawa aliran air sungai. Pengaruh bentuk butir, berat jenis dan kondisi aliran air saat itu mengakibatkan sequences pengendapan yang terbentuk tampak tidak merata. Dari segi mineralogi, bentuk butir pasir hasil letusan gunung api ini menjadi kualitas baik untuk bangunan dibandingkan pasir pantai. Hasil letusan gunung api memiliki bentuk butir yang lebih angular sehingga interlock antar butir dengan campuran bahan bangunan lain menjadi lebih baik. Pada pasir pantai, bentuk butir lebih rounded karena pengaruh dari transportasi yang dialami pada jarak yang cukup jauh. Akibatnya, interlock antar butirnya cenderung tidak kuat. Kandungan clay sebagai pelapis antar butir pasir pantai juga tinggi dibandingkan pasir sirtu yang kaya silika.
Aktivitas penyemprotan pada lokasi penambangan. kiri Air dengan partikel - partikel mengalir lewat parit, dipompa menuju ke screen. kanan Air disemprotkan untuk memisahkan partikel - partikel halus terhadap besarnya.
Hasil penambangan dari screening, langsung diangkut dengan truk - truk ini. Satu truk bisa mengangkut sekitar 9 m kubik satu kali jalan. Bayangkan jika sehari bisa dapat 100 truk, dikalikan dengan harga per kubiknya yang tinggi !?! Oleh karena itu, tambang dalam skala kecil ini pun sebenarnya juga memberikan prospek baik di masa depan, terutama untuk kantong.
Pompa yang digunakan untuk menyemprot pasir pada lokasi penambangan.
Metode penambangan yang dilakukan adalah metode semprot. Dalam proses penambangan, daerah yang menjadi daerah bukaan digaru dengan ekskavator dengan hasil hanya dibiarkan di sekitar lokasi penggaruan. Kemudian, air dipompa melalui pipa – pipa yang telah tersambung dengan danau untuk menyemprot hasil garuan dengan tekanan tinggi. Dengan menggunakan air ini, secara langsung lumpur (clay) yang melekat tercuci. Konsentrat pasir dan air akan mengalir ke kolam penampungan, yang selanjutnya langsung dipompa ke dalam screen pemisah antara air dan pasir, serta sekaligus menjadi upaya pencucian terhadap kandungan lumpur yang ada. Air akan dialirkan kembali ke danau dan pasir yang tersaring langsung diangkut ke dalam truk. Partikel batuan yang tidak terbawa air akan tertinggal. Partikel batuan yang lebih kecil dan terbawa air akan tetap terpisah pada saat pemisahan tahap akhir.
Produk akhirnya, akan diperoleh fraksi batuan dengan berbagai ukuran. Fraksi yang dilihat di lapangan adalah batu belah (fraksi -150 + 100 mm), batu split I (fraksi -30 + 20 mm), batu split II (-20 + 10 mm), kerikil (-10 mm) dan kerikil halus (fraksi -10 + 0,5 mm).
Hasil penambangan ini langsung dibawa oleh truk pengangkut ke lokasi – lokasi penjualan tujuan, seperti Jakarta.

2011-03-19

Pelaksanaan Lapangan Seismik Refraksi

Nah, ini kegiatan praktikum seismik refraksi untuk kuliah eksplorasi geofisika cebakan mineral I. Ini hanya simulasi loh !!!

Akan tetapi, kegiatan yang dilakukan adalah kurang lebih demikian. Proses eksplorasi tampak sederhana. Pada seismik refraksi, pertama kali disiapkan semua alat yang akan dipakai. Yang kuning itu adalah alat yang akan merekam data refraksi yang dipantulkan oleh refraktor. Setelah itu, lintasan seismik refraksi dibuat. Lintasan berupa 12 geofon dengan jarak antar geofon adalah 3 m. Sumber pukulan yang diambil adalah 1.5 kali dari jarak antar geofon.
Pukulan dilakukan di 3 tempat, yaitu kedua ujung lintasan dan bagian tengah lintasan (antara geofon 6 - 7). Setelah geofon dipasang, semua kabel dipastikan untuk terpasang baik. Kabel tersebut ada yang dihubungkan dari geometry ke LCD dan dari stacker pada palu ke geometry.

atas kiri Semua kabel harus dipastikan terpasang dengan benar, baik untuk ke stacker di palu dan LCD serta dari geofon. atas kanan ini LCD yang dipakai. bawah pukulan dilakukan pada sumber.

Setelah persiapan telah dilakukan, lalu geometry disiapkan dengan menghaluskan noise terlebih dahulu. Noise sebisa mungkin diminimalkan. Setelah itu, dipersiapkan bagian - bagian dasar dari setting untuk pencatatan. Semua siap, pukulan dilakukan dan tercatat pada geometry.
Lalu dilakukan prosesing dengan sederhana. Hasil processing pada alat hanya sebatas pada grafik, tidak bisa hingga identifikasi arti kecepatan yang diperoleh. Selain itu, ketika terjadi kesalahan atau anomali seperti pembacaan grafik yang salah. Hasil akan terminated.


atas kiri Ini alat Geometry yang digunakan untuk mencatat hasil refraktor yang terekam. atas kanan pasang semua kabel dengan baik karena akan berpengaruh pada keberterimaan alat.

atas kiri Inilah geofon khusus seismik refraksi untuk mencatat gelombang P. atas kanan Semua alat yang digunakan untuk penyelidikan seismik refraksi.
atas Hasil dari proses pada alat secara langsung yang hanya terbatas pada gambaran lapisan saja, tetapi tidak memiliki interpretasinya.
atas kiri Hasil proses terminated karena adanya anomali pembacaan terhadap hasil seismik refraksi yang terekam. atas kanan Penjelasan langsung hasil seismik refraksi kembali oleh dosen mata kuliah. Kebetulan juga ada peserta kursus dari luar Bandung untuk seismik refraksi ini.

Kristal Mineral

Pelajaran kristal mineral di semester 3, biasanya dicari ketika menjelang UTS Praktikum. Setiap peserta didik sebaiknya dan semampunya paham terhadap kenampakan - kenampakan fisik dari suatu mineral. Jadi, tahu dong yang mana namanya Au (emas), PbS (galena), CuFeS2 (kalkopirit) dan lainnya.



Pemboran

Ini sebagian gambaran proses pemboran yang diamati secara langsung.
Lokasi : Sekitar Lab Fisika Bumi, ITB
Waktu : Rabu, 3 Maret 2011





Pemboran dilakukan oleh laboratorium geoteknik PAU untuk uji kekuatan lokasi bawah permukaan terhadap kondisi kegempaan yang mungkin bisa terjadi di Bandung. Sekilas info bahwa Bandung sangat berpotensi untuk mengalami gempa karena pergerakan dari sesar Lembang yang ada di daerah Lembang. Jadi, tetap waspada.


INGAT : SELALU ADA COPYRIGHT dari kontributor. Silahkan tetap mencantumkan SUMBER BACAAN di setiap PEKERJAAN TULIS nya. Terima kasih. Bersyukur membantu dan menjadi bangsa yang jujur.

Hubungan busur magmatik dan asosiasi mineralisasi Au-Cu di Indonesia

Hasil memakalahkan makalah.
Kuliah Genesa Bahan Galian oleh Stephanie dan kelompok 10 :)

Hubungan Busur Magmatik dan Asosiasi Mineralisasi Emas dan Tembaga di Indonesia

Pendahuluan
Mineralisasi emas di Indonesia terbentuk pada busur andesitik yang terjadi dalam rentang Cretaceous hingga Pliosen (3 -20 My tahun), terutama pada usia Neogen. Pada masa tersebut, lempeng – lempeng yang menyusun Indonesia mulai mengalami pertemuan dan membentuk zonasi tertentu secara aktif. Setiap busur dicirikan oleh mineralisasi spesifik yang menunjukkan bahwa dasar busur berhubungan dengan tumbukan awal dan perubahan dalam polaritas tektonik dan tingkat erosi.
Tipe deposit emas yang teridentifikasi di Indonesia adalah porfiri tembaga – emas, skarn, sistem high dan low epithermal sulphidation, emas sediment-hosted, deposit Au-Ag-barite + base metals dan tipe Kelian, yaitu peralihan tipe porfiri ke sistem epitermal.

Proses Tektonik Regional pada Sistem Busur di Indonesia
Proses utama tektonik di daerah geologi Indonesia untuk daerah busur magma dan asosiasinya terhadap mineralisasi emas dan tembaga dibagi menjadi :

Pembentukan ophiolite, tumbukan, dan perubahan busur
Pembentukan ophiolit terjadi karena pengangkatan kerak samudera sebagai hasil pemekaran lantai samudra, naik ke atas kerak benua yang pasif dan dipengaruhi juga aktivitas intrusi andesitk pada kerak yang ditumpangi. Secara tektonik, ophiolit yang terbentuk mendorong terjadinya pembentukan patahan pada busur belakang (C) sehingga mengakibatkan perubahan subduksi pada ke arah baru (D). Pada kerak benua yang ditumpangi terjadi pemekaran (E) sehingga terbentuk cekungan di busur belakang (F). Oleh karena lempeng terus bergerak, pemekaran dan subduksi terjadi bersamaan (G) sehingga potensi cebakan endapan mineral terbentuk tinggi karena aktivitas tersebut yang langsung berhubungan dengan magma. Setting tektonik seperti ini terjadi pada daerah tektonik Sunda Banda yang menghubungkan Timor, Wetar dan Sumba.

Busur magmatik
Tipe busur magmatik di Indonesia terbagi atas mafik dan andesitik. Batuan mafik volkanik kebanyakan berada pada daerah bekas laut, yang didominasi basalt atau balastik – andesite dan generasinya. Akan tetapi dominasi busur magmatik Indonesia berupa busur andesitic yang banyak ditemukan di sekitar daerah perairan dangkal. Dominasi rhyolit yang membatasi dan menyusun lantai benua. Intrusi andesitik ini mengidikasikan bahwa terjadi stress lemah yang mengakibatkan tarikan sepanjang busur dan mungkin berhubungan dengan mundurnya palung di daerah subduksi lempeng samudera.

Lantai busur
Kebanyakan mineralisasi di daerah busur di Indonesia yang terekspos berupa batuan vulkanik. Lantai busur kebanyakan tersusun atas batuan metamorfik (greenstone, phyllite, mica schist, gneiss) dan ophiolit. Kerak busur kepulauan lebih tipis dibandingkan dengan daerah kerak benua.

Pemekaran busur belakang
Pemekaran busur belakang terbentuk di busur belakang selama subduksi juga terjadi pada kerak samudera yang mengalami perubahan arah subduksi. Akibatnya terbentuk cekungan pada daerah busur belakang.

Kompleks daerah metamorfik
Hipotesis yang dimungkinkan untuk menjelaskan kompleks daerah metamorfik adalah adanya asosiasi dengan patahan bersudut rendah yang merupakan jalur dari metamorfik Papua Nugini. Pemanjangan kerak terregional yang berasosiasi dengan pemindahan akibat patahan menyediakan mekanisme yang memungkinkan pemendekan busur. Hal ini dapat dilihat terbentuk pada daerah subduksi pada busur yang sangat berkaitan dengan aktivitas mineralisasi.

Busur Magmatik Indonesia
Sebagai daerah pertemuan tiga lempeng aktif, Indonesia juga memiliki daerah busur kepulauan yang menyebar sepanjangan wilayah timur – selatan Indonesia. Pergerakan lempeng – lempeng secara aktif pada masa neogen menyusun Indonesia menjadi beberapa jalur aktif busur magmatik. Secara umum, sistem busur magmatik di Indonesia adalah hasil kompleks sejarah aktivitas tektonik, termasuk di dalamnya subduksi dan busur magmatik, rotasi dan perpindahan busur, pemekaran busur belakang, pembentukan ophiolit danpenumbukan yang akibatkan perubahan arah busur, patahan stike-slip dan kemungkinan karena pemanjangan kerak.
Indonesia memiliki 7 jalur utama busur magmatik dan beberapa busur minor. Ketujuh busur mayor tersebut adalah

Busur Sumatra-Meratus (Pertengahan dan Akhir Cretaceous) Daerah busur Sumatera-Meratus melingkupi daerah Sundaland sepanjang sumatera bagian barat dan selatan Kalimantan. Pada daerah ini, busur magmatik dimulai dengan perubahan polaritas tektonik setelah penempatan Woyla. Saat terekspos, busur tidak termineralisasi dengan baik, karena perluasan akibat pengangkatan dan erosi selama masa tertiary. Daerah mineralisasi ini hanya menyumbang 1% dari sumber daya emas dan sangat sedikit tembaga Indonesia. Pada daerah Sumatera, mineralisasi dibatasi oleh besi, dan skarn base metal, juga kombinasi emas-perak dan emas-tembaga pada rasio rendah. Di daerah Kalimantan, emas yang ada diikuti kuarsa dan vein, veinlets karbonat kuarsa akibat pembentukan secara epithermal.

Busur Sunda-Banda (Neogen) Busur ini merupakan busur terpanjang di Indonesia, dari Sumatera Utara hingga timur Damar. Mineralisasi yang terjadi dibagi menjadi dua bentuk, yaitu berbentuk sistem urat epithermal sulfidasi rendah di bagian barat busur dan porfiri emas-tembaga dan massive sulphide lenses replacement bodies serta stockworks di timur. Hal ini terjadi karena perbedaan lempeng yang menyusun daerah magmatik sepanjang busur. Daerah bagian barat cenderung terbentuk lebih dulu dan stabil sehingga memungkinkan bentukannya adalah intrusi dangkal andesitik pada masa neogen. Daerah timur merupakan daerah progresif lempeng dan aktif bergerak membentuk zona subduksi yang menjadi tempat pembentukan intrusi besar berupa badan bijih seperti porfiri.

Busur Aceh (Neogen) Busur Aceh berada pada palung di utara Sumatra yang tidak panjang. Busur ini berkaitan langsung dengan dataran Sunda. Palung di sekitar busur menjadi daerah subduksi antara kerak samudra hasil pemekaran dari cekungan Mergui yang menekan pada lantai lempeng Sumatera bagian utara. Di daerah busur ini, mineralisasi yang terjadi berupa porfiri tembaga-molybdenum dan tipe endapan sulfidasi tinggi.

Busur Kalimantan Tengah (pertengahan Tertiary dan Neogen) Busur ini selama bertahun-tahun diperkirakan dari kehadiran kondisi sisa erosi selama akhir Oligocene hingga awal Miosen yang sifatnya andesitik hingga trachy-andesitik di daerah sekitar ativitas vulkanik. Kebanyakan dari yang ditemukan berasosiasi dengan emas. Mineralisasinya berupa peralihan epitermal ke porfiri. Di bagian barat, mineralisasi berasosiasi dengan batuan hasil erupsi dan intrusi dioritik.

Busur Sulawesi-Timur Mindanao (Neogen)
Pada busur ini, aktivitas magmatik cenderung berada pada daerah bawah laut dan juga tersusun oleh batuan sedimen sebagai akumulasi kegiatan tektonik aktif di daerah ini. Dominasi busur ini adalah aktivitas lempeng aktif yang membentuk lengan – lengan kepulauan Sulawesi. Akibatnya, mineralisasi yang terjadi meliputi porfiri emas-tembaga, endapan sulfidasi tinggi, sediment hosted gold, dan urat sulfidasi rendah.

Busur Halmahera (Neogen)Daerah busur Halmahera terdiri dari hasil intrusi andesitik yang berusia Neogen, termasuk dengan batuan vulkanik. Pada daerah barat busur ini juga dipotong oleh sesar Sorong selama daerah timur terjadi subduksi di Laut Molluca. Busur Halmahera belum dieksplorasi dan dimungkinkan hipotesis terbentuk mineralisasi berupa porfiri tembaga-emas.

Busur Tengah Irian Jaya (Neogen) Daerah busur tengah Irian Jaya memanjang dari kepala burung hingga Papua Nugini. Hal ini berkaitan dengan pergerakan sabuk New Guinea, sebuah zona sabuk metamorfik dan pembentukan ophiolit. Busur diikuti juga dengan subduksi di selatan dan diikuti penumbukan. Kegiatan vulkanisme yang mengikuti adalah bersifat andesitik. Busur tengah Irian Jaya terbentuk di lempeng aktif Pasifik. Deformasi yang terus terjadi mengakibatkan pembentukan deposit pada daerah benua pasif yang terbentuk sebelumnya dengan dasar berupa batugamping jalur New Guinea. Mineralisasi yang terjadi berupa porfiri yang kaya akan emas, badan bijih skarn.
Keberadaan ketujuh busur mayor ini berkaitan dengan mineralisasi aktif di Indonesia, terutama terhadap emas dan tembaga. Jumlah endapan per km panjang busur tergantung pada masing – masing busur dan kontrol lain yang berkaitan dengan mineralisasi. Pada gambar di atas ditunjukkan daerah mineralisasi aktif sepanjang busur magmatik di Indonesia.

Busur mayor ini juga diikuti dengan keberadaan busur minor di sekitar. Busur minor tersebut terdiri atas:
  1. Busur Schwaner mountain (west Kalimantan, tonalitic – granodioritic batholiths, early cretaceous)
  2.  Busur Sunda shelf (Karimata island, granitic, late cretaceous)
  3.  Busur Moon utawa (northern head of Irian Jaya, andesitic – sedimentary rocks – intruded dioritic, middle miocene)
  4.  Busur West sulawesi (western Sulawesi, granitic, late miocene – pliocene)
  5.  Busur Northwest Borneo ( andesitic, middle miocene)
  6.  Busur Sumba Timor (andesitic – andesite porphyry intrusions, palaeogene)
  7.  Busur Coastal Irian Jaya (Mamberamo, diorites, neogene possibly)
  8.  Busur Talaud (Northeast Sulawesi, andesitic-andesite blocks in melange, neogene)
Bentuk utama Mineralisasi Emas dan Tembaga di Indonesia
Secara umum, bentuk mineralisasi emas dan tembaga di Indonesia berupa :
  1. Porfiri
  2. Endapan ephitermal sulfidasi tinggi
  3. Endapan ephitermal sulfidasi rendah
  4. Mineralisasi Au-Ag-Cu ± base metals
  5. Skarn
  6. Sediment Hosted
Berdasarkan aktivitas tektonik yang terjadi di sepanjang busur magmatik, daerah bagian timur Indonesia didominasi oleh bentukan porfiri dan skarn, serta sebagian kecil endapan hidrotermal sulfidasi tinggi dan sediment hosted. Daerah barat Indonesia memiliki mineralisasi cenderung berupa endapan epitermal sulfidasi rendah yang terjadi di daerah paparan Sunda yang relatif dangkal. Aktivitas busur magmatik dan bentuk mineralisasi memiliki hubungan yang menunjukkan identifikasi perbedaan antara lingkungan tektonik selama pembentukan porfiri emas-tembaga, skarn dan deposit sulfidasi tinggi. Pembentukan mineralisasi Au-Ag-Cu ± base metals terjadi di lingkungan submarine dangkal saat larutan sulfida yang hasilnya juga menghasilkan mineralisasi sulfidasi tinggi di sekitar sub-aerial batuan vulkanik, dan daerah lantai samudera.

Kontrol Regional terhadap Mineralisasi
Mineralisasi endapan Au-Ag-Cu ± base metals dipengaruhi oleh kontrol regional terhadap kondisi tektonik yang ada. Kontrol yang terjadi dibagi menjadi hubungannya mineralisasi dengan busur magmatik, asal kerak dan umur busur, serta berhubungan syn-mineralization regional.

Terhadap hubungan dengan busur magmatik, deposit di Indonesia berhubungan dengan busur magmatik andesitik yang terbentuk selama dan secara cepat dalam aktivitas magma. Ini menunjukkan bahwa mineralisasi yang terjadi berkaitan dengan subduksi lantai samudera. Deposit epithermal Indonesia terbentuk di sepanjang busur benua yang merupakan busur kepulauan yang bergabung dengan Sundaland selama masa mineralisasi karena penebalan kerak dan pemanjangan intensif. Porfiri emas terjadi baik pada kondisi busur kepulauan dan benua.

Kebanyakan mineralisasi terjadi pada masa Neogen yang mengindikasikan bahwa mineralisasi juga sebenarnya tidak bergantung pada umur kerak yang tersubduksi. Hubungan antara usia busur dijelaskan dengan erosi sebagai akibat pengangkatan selama aktivitas vulkanik dan erosi yang berhubungan dengan kegiatan orogenik yang pengaruhi selama pasca mineralisasi saat perubahan polaritas busur. Syn-mineralization regional berkaitan dengan perbedaan jenis mineralisasi di daerah timur dan barat Indonesia karena perbedaan aktivitas lempeng yang mendominasi.

Daftar Pustaka
M.Evans,Anthony.Ore Geology and Industrial Mineral.Blackwell.1993.
Artikel Magmatic Arc and Associated Gold Mineralization in Indonesia, Journal of Geochemical Exploration.
Artikel 25 Years of Mineral Exploration and Discovery in Indonesia, Journal of Geochemical Exploration.

Pelantikan Explorasi 08

Mungkin ini lebih baik sebagai awal permulaan blog ini diluncurkan. Explorasi 2008 hadir tahun 2009 pertengahan ketika penjurusan di Teknik Pertambangan dimulai langsung setelah masuk sebagai mahasiswa Teknik Pertambangan.

Perkenalan pada personil explorasi 2008 nanti saja :) dan pasti sudah kenal sebagian bagi para pembaca dari satu almamater.

Ada semacam adat tradisi pada sub jurusan explorasi, yaitu semacam "welcome party" dari angkatan sebelumnya dari angkatan bawah dan para sesepuh aka dosen - dosennya. Sub jurusan explorasi hampir semuanya berada di Lt.3 gedung teknik pertambangan sebagai tempat beraktivitas. Sungguh menyenangkan dengan segala yang ada di sana. :)
Kembali ke welcome party yang ada,
Welcome party angkatan 2008 dilaksanakan pada awal Mei 2010 lalu. Seluruh explorasi 2008 diminta mencari sendiri lokasi kegiatan yang dilakukan. Hanya koordinat sebagai petunjuk lokasi. Dengan semangat mengikuti acara, kegiatan ini memang menyenangkan sekali meskipun agak aneh rasa - rasanya :D

Ini sebagian dari foto yang masih tersimpan di harddisk empunya.

nah, ini malam saat explorasi 2008 mulai 'dikerjai' oleh si para empunya hajatannya. :D. Dengan kondisi yang sangat semi kocak selama acara, semua menjalaninya hingga akhir.

Acara pagi yang sangat sehat untuk semua pemilik 'welcome party'. Dengan JUMPER, berjalan mengelilingi sawah di sekitar lokasi pesta.


Ini adalah sebagian dari dosen - dosen explorasi. :D


Setahun lalu yang masih berkesan, semoga untuk semua. :). Bersama dengan dosen wali explorasi 2008, Pak Nur Heriawan. Dosen wali yang sangat baik. Muka - muka yang baru saja memperoleh JUMPER. Semangat sekali. Semoga sampai akhir kawan !

Selalu ada kebahagiaan dibalik lelah yang dijalani kan? :D, Makan pagi sudah tersedia. Terima kasih untuk Ibu darto :) (istrinya Pak Darto) buat makan paginya yang sederhana dan sangat enak...

Ini adalah bagian dari explorasi 2008.
Tidak ada yang membedakan explorasi 2008 dengan Tambang 2008, hanya 20 sks yang mungkin membuat beberapa mata kuliah pemisah.
Selebihnya, tetap explorasi 2008 adalah HMT - ITB.
Tenang saja :)
*Jadi tidak ada lagi perkataan buat aja himpunan sendiri lagi.:)