Bicara mikroskopih bijih atau ore microscopy, erat sekali kaitannya dengan mineral logam dan warna - warni di bawah mikroskop. Warna - warna cerah ini mungkin lebih bisa dimengerti oleh mereka yang sudah pernah mengerjakannya. Akan tetapi, tidak perlu berkecil hati karena belum pernah menggunakannya. Apa itu mikroskopih bijih? Apa gunanya? Mengapa dibutuhkan teknik analisis ini? Apa yang diperoleh darinya? blablabla lainnya yang mungkin masih banyak lagi di otak.
Baiklah, metode ini merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan dalam penyelidikan mineral logam. Sumber - sumber mineral logam umumnya berasal dari endapan - endapan hidrotermal, geotermal related system dan hasil kegiatan pengolahan, seperti pada gelundung masyarakat. Jika asalnya dalam kondisi batuan, maka bagian batuan yang mengandung banyak logam (*umumnya) disayat untuk diamati kenampakannya di bawah mikroskop. Kenampakan bawah mikroskop ini menunjukkan kenampakan sifat optik masing - masing mineral hingga hubungan antar mineral tersebut yang dikenal melalui teksturnya. Teknik analisis ini sering menjadi pilihan atau bahkan mungkin sering digunakan oleh mahasiswa di jurusan Tambang Eksplorasi dan/atau Teknik Geologi yang mengambil bidang economy geology atau mereka yang berhubungan dengan genesa endapan.
Mikroskopih bijih bisa dikatakan sebagai cikal bakal bergeraknya analisis mikroskopih bijih ke arah SEM (Scanning Electron Microscope) dan EPMA (Electron Microprobe Analysis) yang bisa mengidentifikasi lebih presisi untuk mengetahui apa dan siapa mineral itu.
Terus, jika darinya bisa diperoleh informasi yang banyak, seperti apa bekerja dengannya? Baiklah, mari dijabarkan sederhana untuk itu! Kita bagi ceritanya ke dalam 3 tahapan, yaitu preparasi, proses dan analisis.
@ Preparasi
Tahapan preparasi di mana - mana merupakan hal yang penting. Secara sederhana, tahapan preparasi dapat dilakukan sebagai berikut:
- Pilih conto yang akan dipreparasi berdasarkan kenampakan mineral sulfida dan tekstur kuarsanya pada urat.
- Bagian tersebut dipotong pada ukuran 1.5 – 2 cm dengan mesin potong batuan. Pada conto yang retak/rapuh/lapuk atau mudah pecah, perlu dilakukan impregnasi (seperti penyemenan).
- Lakukan pemolesan pada bagian permukaan yang akan diamati dengan menggunakan silicon carbide powder (karborandum) ukuran 100, 120, 240, 320, 400, 600, 800, dan 1000 mesh dengan diberikan air secukupnya.
- Letakkan conto di dalam ring atau mold assembly (cetakan) dan tuangkan bahan cetakan (transoptic powder), misalnya resin dengan ketinggian yang disesuaikan, umumnya 1 – 1.5 cm. Tunggu sekitar 24 jam hingga mengeras kembali.
- Lakukan pemolesan kembali dengan pasta diamond atau pasta karborandum bertahap hingga permukaan halus.
- Pada beberapa kondisi, dapat dilakukan pemolesan dengan Polisher Grinder Ecomet III melalui 4 tahap yang memiliki polishing cloths, serbuk micropolish alumina yang berbeda ukuran dan waktu pemolesan yang berbeda pada tiap tahapan.
- Conto yang sudah selesai dan memiliki kilap baik, dapat digunakan
Nah, kalau sudah oke, si sayatan poles ini bentuknya akan sebagai berikut:
Conto sayatan poles. |
Dengan preparasi yang tepat, hasil polesan sangat membantu dalam pengamatan di bawah mikroskop. Setelah tahapan ini selesai, maka pekerjaan proses dimulai. Nah, biasanya pengamatan selalu dilakukan dalam jangka tidak lama seselesainya sayatan poles selesai. Akan tetapi, terkadang ada waktu yang lama atau bekas sayatan yang mau kita amati kembali sehingga perlu dilakukan pemolesan ulang terhadap permukaannya. Kenapa perlu dipoles ulang? Yups, terkadang mineral bawah permukaannya sudah teroksidasi atau permukaannya kurang rata. Dengan pemolesan ulang, setidaknya mengatasi kondisi seperti ini. Bagaimana tahunya perlu dipoles atau tidak? Coba perhatikan kenampakan bawah permukaan mineral berikut ini.
Lihat warna ungunya. |
Mineral dengan keunguan tadi seharusnya bewarna kuning terang yang menunjukkan kenampakkan mineral kalkopirit. Dengan ciri seperti ini, haruslah dipertimbangkan untuk dilakukan pemolesan ulang. Pemolesan ulang dapat dilakukan dengan alat poles dan odol sebagai abrasif reagennya. Cara inilah yang digunakan di kampus.
Alat poles dan yang akan dipoles. Siap sedia menghadapi pemolesan ulang. |
No comments:
Post a Comment