2017-02-25

Pentingnya Prinsip Konservasi dalam Hilirisasi Pertambangan


Sedikit berbagi pandangan tentang hilirisasi pertambangan di Indonesia. Opini ini diterbitkan pada 01 Desember 2016 lalu di Media Indonesia cetak maupun online.

Tersedia online di tautan berikut: Media Indonesia - Kolom Opini

Selain itu juga ada dalam tautan berikut: Ini Pandangan Peneliti Pertambangan Soal Hilirisasi Nikel yang dipublikasikan pada tanggal 2 Desember 2016, bekerja sama dengan PT Aneka Tambang.

2017-02-16

Standar Penyusunan Peta Geologi

Di Indonesia, pembuatan simbol untuk litologi pada peta geologi diatur dalam SNI 13-4691-1998, ICS 07.060, tentang Penyusunan Peta Geologi. Dalam SNI tersebut diatur ketentuan tata warna dan simbol yang digunakan dalam peta geologi yang dibuat. Tata warna yang dimaksud adalah sebagai berikut:
  1. Warna dasar yang digunakan adalah kuning, magenta dan cyan, serta gabungannya. Setiap warna dinyatakan dengan sandi 0, 1, 3, 5, 7 dan x, yaitu sandi derajat kekuatan warna atau persentase penyaringan pada proses kartografi.
  2. Warna yang dipilih untuk membedakan satuan batuan sedimen dan endapan permukaan sepenuhnya menganut sistem warna berdasarkan jenis dan umur. Dalam membedakan beberapa satuan seumur dapat digunakan corak.
  3. Batuan malihan dibedakan berdasarkan (1) derajat dan fasies serta (2) umur nisbi batuan pra-malihan dan litologi. Tata warna batuan malihan sama dengan batuan sedimen atau mengunakan bakuan warna khusus.
  4. Warna batuan beku menyatakan susunan kimianya: asam, menengah, basa dan ultrabasa. Dalam membedakannya dipilih warna yang berdekatan dan singkapan huruf atau menurut kunci warna yang sudah dibakukan, Bila diperlukan, dapat digunakan corak dengan bakuan khusus.
  5. Batuan gunung api yang berlapis dan dan diketahui umurnya, mengikuti tata warna untuk batuan sedimen. Perbedaan litologi untuk lahar, breksi gunung api dan tuff dinyatakan dengan corak. Beberapa satuan batuan gunung api pada suatu lembar peta geologi dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya dengan batuan warna khusus.
  6. Satuan tektonik dinyatakan dengan corak khusus.
  7. Atas dasar pertimbangan keilmuan atau prospek ekonomi, beberapa hal yang menonjol seperti batuan terubah, derajat pemalihan atau persifatan khusus lainnya, pada peta geologi dapat disajikan secara khusus.
Corak dasar batuan

Konsep Tabling

Pemisahan mineral ekonomis dan pengotornya dapat dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan sifat fisik antara material ekonomis dan pengotornya. Salah satu sifat fisik yang dapat digunakan untuk memisahkan mineral tersebut adalah perbedaan densitas. Akibat adanya pengaruh atau konsentrasi gravitasi, material-material dengan densitas yang besar akan mengendap dan memisah dari material-material dengan densitas yang lebih ringan.

Konsep shaking table
Shaking Table adalah alat yang umumnya digunakan untuk memperoleh konsentrat emas bersih. Alat ini terdiri dari sebuah dek dengan alat-alat dukungan yang dapat divariasikan. Pada shaking table untuk operasi normal, ukuran feed yang digunakan adalah 3 mm hingga 100 mikron. Sebuah motor ditempatkan di satu sisi drive lengan kecil yang mengguncang meja sepanjang sisinya. Prinsip kerja shaking table adalah perbedaan densitas yang diikuti pergerakan partikel di dalam fluida yang dibantu dengan gaya dorong air (flowing film concentration) dan efek gaya sentak dari head motion.

Bervariasi yang tersedia di pasar dan produsen masing-masing memiliki khusus sesuai dengan penggunaannya. Table berosilasi horizontal dan konsentratnya partikel berat karena perbedaan inersia diciptakan oleh gerak dingin reciprocating dari dek miring dari meja. Partikel kasar akan membutuhkan stroke panjang pada kecepatan lebih rendah dan partikel halus perlu stroke lebih pendek pada kecepatan lebih cepat.

Variabel - variabel dari shaking table dapat dibagi menjadi:
Design Variable
  1. Table shape
  2. Table surface material
  3. Shape of riffle
  4. Pattern of riffle
  5. Acceleration dan decceleration
  6. Feed Presentasion
Running Speed
  1. Motor speed
  2. Pulley Speed
Stroke
  1. Toggle
  2. Vibrator setting
Operating Controls
  1. Table tilt
  2. Pulp density of feed
  3. Wash water
  4. Position of product splitter
Sluice box merupakan suatu alat konsentrasi mineral bijih yang berdasarkan atas specific gravity. Dalam proses ini mineral mempunyai specific gravity tinggi akan mengendap yang nantinya akan diambil sebagai konsentrat sedang mineral yang ringan akan ikut terbawa aliran air sebagai tailing. Alat sluice box berupa lounder dengan ukuran panjang 8-12 meter, lebar 1 meter dengan feed 10%-20%. Mekanisme pemisahan yang terjadi di dalam sluice box sebagai berikut: 
  1. Feed yang sudah terliberasi sempurna seperti emas, timah, pasir besi dimasukkan ke dalam sluice box
  2. Partikel-partikel yang berukuran besar dipisahkan terlebih dahulu. 
  3. Bila pada ujung alat sudah terdapat mineral berat berarti alat sudah jenuh maka pada alat lounder tersebut dibersihkan (cleaning), yaitu dengan mengalirkan air pembersih (wash water) dan akan terjadi pemisahan antara partikel berat dari partikel ringan. 
  4. Partikel berat akan tertinggal pada bagian belakang bawah riffle atau akan menempel pada karpet sebagai konsentrat. Dalam pengambilan mineral yang menempel pada karpet maka karpet tersebut biasanya dibakar.

Konsep Magnetic Separator

Magnetic separator bekerja dengan memanfaatkan pengaruh medan magnet pada bijih yang akan dipisahkan. Dengan memanfaatkan sifat kemagnetan saja disebut sebagai magnetic separator. Berdasarkan sifat kemagnetannya, material dibagi menjadi tiga kategori, yaitu ferromagnetic, paramagnetic, dan diamagnetic. Ferromagnetic merupakan material yang memiliki sifat kemagnetan kuat atau dapat dipengaruhi kuat medan magnet. Paramagnetic merupakan material yang dipengaruhi oleh lemah medan magnet atau memiliki sifat kemagnetan lemah. Diamagnetic adalah material yang tidak memiliki sifat kemagnetan atau tidak dipengaruhi magnet sama sekali. Unsur yang termasuk ferromagnetik adalah Fe dalam hematite. Mineral yang termasuk paramagnetik adalah magnetite. Mineral yang termasuk diamagnetik adalah ilmenite. 

Alat magnetic separator terdiri dari  dua macam, yaitu:
  1. Low Intensity Magnetic Separtor
  2. High Intensity Magnetic Separator.
Dalam menentukan pemakaian jenis alat pemisahan tersebut harus diketahui jenis dan kekuatan magnet dari bahan galian (mineral). Reaksi ini dapat diukur berdasarkan dari jenis kemagnetan yang telah disebutkan sebelumnya.  Partikel yang tertarik ke medan magnet disebut partikel magnetik. Partikel magnetik dibagi menjadi dua, yaitu partikel magnet kuat, seperti besi dan magnetite, dan partikel magnetik lemah, seperti rutile, ilmenite, dan kromit.

Partikel magnet yang kuat (feromagnetic) dapat dengan mudah dipisahkan dengan pemisah yang memiliki intensitas rendah medan magnet 400-600 Gauss. Partikel magnet yang lemah (paramagnetic) memerlukan intensitas medan magnet yang lebih tinggi untuk memisahkan mereka, biasanya mulai dari 6.000 hingga 20.000 Gauss. Perbedaan intensitas ini menyebabkan ada dua tipe alat magnetic separator, yaitu low intensity dan high intensity magnetic separator

Mekanisme kerja dari magnetic separator bekerja berdasarkan gaya – gaya yang bekerja saat pemisahan berlangsung. Gaya – gaya tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Gaya magnet. Gaya magnetik pada partikel kecil dalam percobaan terkadang sulit untuk dianalisis. Fenomena ini dapat dibayangkan sebagai titik dipole magnet dikelilingi oleh massa partikel. Gaya magnetik dari suatu partikel bergantung dari kuat medan magnet yang diberikan dan gradien medan magnet yang diinduksikan.
  2. Gaya gravitasi, sentrifugal, friksi dan gaya inersial. Gaya gravitasi dari partikel berbentuk bola dengan densitas. Pada alat pemisah kering (dry magnetic separator) yang memisahkan partikel relatif besar, maka gaya magnetik harus cukup untuk menahan partikel terhadap competing force gravity. Dalam pemisah basah (wet magnetic separator) dari partikel kecil, gaya magnetik harus lebih besar dari gaya gesek partikel.
  3. Gaya attractive atau repulsive interpartikel. Gaya-gaya yang bekerja ini didasari oleh keadaan dari feed dan karakteristik dari separator itu sendiri.
Konsep pemisahan magnetik
Kinerja dari gaya – gaya ini juga dipengaruhi oleh karakteristik lain atau faktor – faktor pemisah lainnya. Faktor – faktor tersebut, antara lain sifat fisik feed dan peralatan yang digunakan. 

2017-02-15

Konsep Flotasi

Secara garis besar, flotasi merupakan proses pemisahan suatu zat yang ada di dalam zat cair (fluida) maupun gas dengan prinsip pengapungan. Dimana zat yang akan dihilangkan berada di atas (hidrofobik), sedangkan fluidanya berada di bawah (hidrofilik). Proses flotasi merupakan proses yang bergantung sifat adhesi mineral tertentu terhadap udara (hidrofob) dan terhadap air (hidrofil). Dalam membantu proses flotasi dengan mengubah sifat-sifat permukaan partikel mineral perlu ditambahkan zat-zat kimia berupa reagent

Ada tiga reagent utama yang digunakan dalam proses flotasi, yaitu :
  1. Collector. Collector adalah bahan yang dapat menyebabkan partikel mineral hidrofilik menjadi hidrofob, yaitu dengan cara melapisi permukaan polar dari partikel mineral dengan reagent sehingga pada bagian luar dari mineral terjadi reaksi kimia yang membentuk lapisan non polar yang mudah menarik udara. Akibatnya, mineral akan mudah menempel pada gelembung udara. Contoh kolektor untuk mineral sulfida yang umum digunakan adalah Xanthate dan Dithiophosphate, serta untuk mineral non sulfida adalah Fatty acid jenuh dan tidak jenuh.
  2. Frother. Frother digunakan untuk membantu menstabilkan gelembung udara yang terbentuk, sehingga tidak mudah pecah. Gelembung-gelembung udara yang terbentuk harus dapat bergerak bebas di dalam pulp dan dapat mengambil partikel-partikel mineral berharga, lalu diapungkan ke dalam pulp dengan dimasukkan udara. Contoh frother adalah DOWFROTH Flotation Frother Series, MIBC, dan Polyalkoxyparaffins.
  3. Modifier (Modifying Agent). Modifier digunakan untuk mengembalikan sifat permukaan ke yang aslinya yang berakibat pada peningkatan selectivity.
Cara kerja flotasi secara umum adalah dengan memanfaatkan keterbentukannya gelembung udara yang mengapungkan mineral berharga yang dipisahkan. Gelembung-gelembung udara terbentuk karena adanya udara yang dihisap ke dalam pulp dan frother yang membentuk energi bebas permukaan pada antar muka air dan udara. Partikel-partikel feed harus berukuran halus. Hal ini karena ukuran partikel yang halus akan menyebabkan density asosiasi partikel-gelembung menjadi lebih kecil dari density air.

Sifat adhesif partikel muncul karena ion permukaan dilapisi melalui reaksi secara adsorbsi fisik atau kimia dengan bagian ionik kolektor dan bagian organiknya mengubah sifat permukaannya, misalnya menjadi hidrofob. Dengan demikian, gelembung udara akan mengalami aerasi. Partikel-partikel mineral yang menempel pada permukaan gelembung akan terbawa naik ke permukaan pulp dan terpisahkan.

Langkah-langkah yang dilakukan pada proses flotasi sulfida adalah :
  1. Penghancuran dan penghalusan (kominusi)
  2. Desliming
  3. Pulp Concentration
  4. Conditioning
  5. Aeration
  6. Pemisahan
Proses flotasi dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut. 
  • Ukuran partikel 
  • Persen padatan 
  • Derajat oksidasi 
  • pH pulp dan karakteristik air 
  • Reagent flotasi 
  • Kecepatan putaran pengaduk 
  • Laju pengaliran udara 
Flotasi sel yang digunakan secara komersial ada berdasarkan cara pemasukan udara, yaitu:
  1. Agitation Machine Cell. Gelembung udara yang dihasilkan berasal dari perputaran impeler dalam pulp, sehingga gelembung udara dapat bergerak ke atas.
  2. Pneumatic Machine Cell. Gelembung udara dimasukkan ke dalam flotation cell melalui injeksi dari luar seperti diberikan dari keran udara.
  3. Cascade Machine Cell. Terjadinya gelembung udara seperti jatuhnya copebble pada suatu cairan.
  4. Sub Aeration Machine Cell. Serupa dengan Agitation Machine Cell, tetapi alat ini memiliki alat yang dapat mengatur jumlah udara.
  5. Vacum and Pressure Cell. Udara masuk karena tangki dibuat vakum oleh pompa penghisap dan udara dimasukkan oleh pompa injeksi. 

Mekanisme Kerja Jigging

Mekanisme kerja jigging akan berkaitan langsung dengan proses pengendapan. Secara umum, mekanisme jigging yang dilakukan adalah melalui tahapan berikut :
  1. Pengumpanan. Pemisahan harus dilakukan dengan laju dan persen solid yang konstan. Umpan yang masuk harus merata pada seluruh permukaan jig. Umpan berupa slurry dengan 25% - 45% solid masuk pada salah satu ujung jig, dan mengalir membentuk arus horizontal (crash flow) di permukaan jig.
  2. Stratifikasi (Pengendapan). Partikel ringan (density rendah), terutama yang berbutir halus terbawa arus dan keluar pada ujung yang lainnya. Partikel yang mengendap dari arus horizontal ini pada zona transportasi masuk di daerah di mana aksi jigging bekerja di antara arus horizontal dan ayakan. Mekanisme pada jigging dapat terlihat pada zona ini, seperti differential accleration, hindered settling, dan trickling.
  3. Pemisahan. Pemisahan lebih berkaitan pada pengeluaran hasil pemisahan, baik sebagai underflow atau overflownya. Semua bergantung pada densitas yang terlihat pada startifikasi. Mineral ringan yang oleh tekanan dari stroke pada fluida akan terdorong memasuki zona separating dan terbawa oleh arus horizontal. 
Pada zona separating akan dimasuki oleh mineral berat, dan berusaha mendorong ke atas middling. Oleh sebab itu middling mempunyai peluang masuk pada zona separating. Di sinilah yang menjadi fungsi raging (ayakan) agar mineral ringan tidak turun sebagai underflow. Mineral berat yang besar dengan cepat mencapai permukaan ayakan diikuti dengan mineral berat yang kecil melalui zona roughing dan separating.
Mekanisme jigging

Dalam penggunaan jig sebagai separator, dikenal suatu tahap pengendapan yang diakibatkan stratifikasi pada proses yang terjadi. Prinsip pengendapan ini hampir mirip dengan mekanisme kerja jigging secara umum. Mekanisme itu adalah sebagai berikut :
  1. Perbedaan percepatan. Dalam waktu yang relatif singkat partikel dengan berat jenis lebih besar akan mempunyai jarak tempuh yang lebih besar dari   pada   partikel   yang   berat   jenisnya lebih  kecil (differential acceleration). Percepatan awal dari partikel tidak bergantung pada ukuran dan bentuk partikel tersebut, tetapi dipengaruhi oleh densitas partikel dan densitas fluida yang digunakan.
  2. Hindered settling. Hal ini menunjukkan bahwa bukan pengendapan bebas dari satu partikel, melainkan dari sekelompok partikel yang menjadi satu sehingga terbentuk seperti suatu perlapisan. Efek hindered settling akan menyebabkan  partikel yang lebih berat akan mengalami settling lebih cepat dibandingkan partikel yang lebih ringan. 
  3. Interstitial trickling. Mekanisme menunjukkan bahwa partikel kecil dapat lolos di antara partikel besar. Gaudin mengajukan mekanisme trickling untuk jigging yang disebut sebagai consolidation trickling.
Skema siklus proses jigging: (a) pulsion, (b) differential acceleration, (c) hindered settling, (d) interstitial trickling

Kapasitas jig berbanding lurus dengan efek transportasi dari arus horizontal umpan. Agar kapasitasnya dapat diperbesar dan memiliki efisiensi tinggi, maka ada empat faktor yang penting untuk diperhatikan, antara lain : 
  1. Ukuran dari partikel kecil. Ukuran umpan yang dikehendaki masuk menjadi konsentrat dan keluar melalui hutch
  2. Volume umpan persatuan waktu. 
  3. Ketebalan aliran. 
  4. Banyaknya hutch water persatuan waktu yang masuk ke aliran. 
Jig juga dapat dibedakan berdasarkan ayakannya, yaitu:
  1. Jig dengan ayakan bergerak. Jig ini dipakai di daerah terpencil dan sekarang sudah jarang digunakan lagi.
  2. Jig dengan ayakan tetap. Dilasi dari mineral di atas ayakan diciptakan oleh gerakan bolak – balik fluida yang menerobos ayakan. Gerakan bolak – balik ditimbulkan secara mekanis oleh energizing unit.

Konsep Jigging

Pernah dengar jigging? Ini adalah salah satu metode pengolahan bahan galian yang digunakan untuk memproses pemisahan material berdasarkan perbedaan densitas dua material yang akan dipisahkan. Jigging sangat mudah ditemui di Pulau Bangka dan Pulau Belitung untuk memisahkan bijih timah dan pengotornya. 

Jigging is one of the oldest processes used to separate heavy minerals from the lighter gangue. This technology was used in Cleopatra's time to separate wheat from chaff. A jigging sieve was described by Agricola in De Re Metallica in the 16th century.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa jigging merupakan konsep pemisahan yang sejak dulu digunakan. Jigging merupakan proses konsentrasi berdasarkan pada aliran air ke atas. Pemisahan pada jig terjadi karena perbedaan SG (specific gravity) yang mana tiap mineral akan mengalami tiga peristiwa, yaitu: hindered settling, differential acceleration dan consolidation trickling. Agar proses pemisahan berlangsung kontinu, diperlukan adanya suction dan pulsion, dimana pada waktu terjadi suction diperlukan underwater agar besarnya suction tereliminir.

Pada pengolahan bahan galian, jigging digunakan pada mineral yang memiliki kontras densitas tinggi terhadap pengotornya. Penggunaan jigging misal dalam pemisahan kasiterit terhadap ilmenite, kuarsa dan hematite. Jigging juga dapat digunakan dalam industri batubara. Pengolahan batubara dilakukan dengan menggunakan Baum jig dan Batac jig. Baum jig sesuai digunakan untuk pencucian batubara ukuran besar, meskipun demikian akan lebih efektif melakukan pencucian pada ukuran 10 – 35 mm dengan spesifik gravity 1,5 –1,6. Modifikasi Baum jig adalah Batac jig yang biasa digunakan untuk batubara ukuran halus. Pada batubara ukuran sedang, prinsipnya dengan pulsing (tekanan) air hembusan yang berasal dari samping atau dari bawah bed. Dalam menambah bed atau mineral keras yang digunakan untuk meningkatkan stratifikasi dan menghindari pencampuran kembali. Mineral yang digunakan biasanya adalah feldspar yang berupa lump silica dengan ukuran 60 mm.
Konsep jigging secara umum di tambang batubara.
Skema (1) pulsator, (2) regulatory device, (3) jigging screen, (4) discharge device
Source: http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/Jigging+Machine
Jenis – jenis Jig yang ada antara lain berdasarkan penimbul suction dan pulsion, plunger, diaphragm, pulsator dan air pulsator.
  1. Harz Jig
  2. Diaphragm Jig
  3. Baum Jig
  4. Circular Jig
  5. Wernco Jig
  6. Pneumatic Jig
  7. Bathe Jig

Kominusi Material

Kominusi merupakan bagian awal atau start dalam pengelohan bahan galian. Kegiatan kominusi dilakukan untuk menghasilkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan dan memberbaskan mineral berharga dari pengotornya secara umum. Kegiatan kominusi yang dilakukan terdiri dari crushing dan grinding. Kegiatan grinding dilakukan untuk menggerus material yang digunakan. Grinding dilakukan dengan menggunakan ball mill lalu diayak menggunakan shieve (ayakan skala laboratorium). Secara umum, penggerusan dimulai dengan ukuran kasar hasil peremukan yang dilakukan dalam alat yang berbentuk silinder dan berputar pada sumbu horizontalnya. Di dalam silinder, akan dibantu media, seperti bola baja untuk menggerus bijih ataupun tidak menggunakan media ini atau disebut autogenous mill.

Kegiatan crushing merupakan tahap awal yang dilakukan dalam kegiatan kominusi. Hasil penambangan dibawa ke pabrik pengolahan dalam ukuran bongkah yang beragam. Peremukan dilakukan untuk mengurangi ukuran dari bongkah agar dapat diproses lebih lanjut pada grinding. Proses crushing dapat dilakukan hingga tiga tahap, yaitu primary, secondary dan tertiary crushing. Namun, pada umumnya proses crushing dilakukan hingga secondary crushing saja. Kegiatan crushing biasa dilakukan dengan jaw crusher ataupun gyratory crusher

Kegiatan kominusi terdiri dari crushing dan grinding. Kegiatan kominusi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Ukuran material atau bijih dari tambang
  2. Keadaan bijih
  3. Kesediaan air
  4. Proses pengolahan bahan galian selanjutnya
  5. Korosi pada lining 
  6. Reaksi material dengan air. 
Mekanisme setiap kegiatan kominusi berbeda tergantung pada aksi yang dilakukan. Pertama, kegiatan crushing. Kegiatan crushing dilakukan sebagai tahap pertama dalam perkecilan ukuran material dari tambang langsung. Pemilihan crushing dilakukan sesuai dengan ukuran materialnya. Kegiatan primary dan secondary crushing dapat dilakukan dengan menggunakan jaw crusherJaw crusher merupakan salah satu alat remuk dalam pengolahan bahan galian yang biasa digunakan sebagai pada tahap peremukan primer. Peremukan primer dilakukan pada bongkah berukuran sekitar 1 m menjadi ½” – 3/8”. Jaw crusher terdiri dari dua plat yang dapat membuka tutup seperti rahang dengan salah satunya diam.  Jaw crusher terdiri dari blake crusher (single dan double toogle) dan dodge crusher
Blake crusher dengan double toggle penggerak crusher


Selain jaw crusher, juga digunakan roll crusher. Roll crusher banyak digunakan pada secondary crushing. Secondary crushing merupakan tahapan peremukan kedua untuk menghasilkan material berukuran 3” – 2”. Roll crusher terdiri dari single dan double roll crusher. Single roll crusher digunakan untuk memecahkan batuan yang sifatnya lembab. Kegiatan peremukan dengan menggunakan tahapan ini lebih ringan dibandingkan pada primary crushing. Kapasitas roll crusher bergantung pada ukuran batuan yang digunakan dan kecepatan roda berputar.

double roll crusher
Kegiatan grinding dilakukan dari bijih atau material yang brukuran sekitar 25 mm. Setiap bijih mempunyai ukuran optimum yang ekonomis. Hal ini bergantung pada derajat liberasi dan ukuran pemisahan yang dilakukan pada proses selanjutnya. Penggerusan dilakukan dengan alat berbentuk silinder yang berputar pada sumbu horizontalnya. Di dalam silinder terdapat media penggerus, biasanya dapat berupa bola atau batang baja. Media ini disebut sebagai media penggerusan. Media penggerusan juga terkadang tidak dibutuhkan, disebut sebagai autogenous mill. Ball mill yang digunakan 25 – 150 mm. Alat ini memiliki diameter sama dengan panjangnya. Ball mill dapat dibedakan berdasarkan pengeluaran produknya, yaitu overflow mill (produk keluar sendiri) dan grate discharge mill (produk keluar  melalui saringan pada ujung pengeluaran produk).

Perthite

Perthite merupakan mineral hasil pendinginan yang tidak bercampur dari solid solution pembentuk k-feldspar dan plagioclase. Terkadang, pembentukan mineral adalah stabil pada suhu tinggi dan menjadi tidak stabil ketika terjadi penurunan suhu. Akibatnya, tidak terjadi pencampuran sehingga ada butir yang terbentuk terdiri blebs, patches (seperti tambalan) atau serabut  di antara  kedua mineral terbentuk. 

Perthite tumbuh sebagai intergrowth di antara pembentukan dua mineral K-Feldspar yang berbeda dalam satu batuan. Perthite biasanya terdiri dari vein atau garis dari feldspar pada mineral feldspar lainnya. Perthite dapat merupakan kombinasi albite yang bercampur dengan orthoclase (microcline).

Tipe perthite dapat dibagi berdasarkan:
  1. Asal pembentukannya, yaitu ada antiperthite dan mesoperthite. Antiperthite adalah perthite ini berasal dari K-feldspar (contoh microcline dan orthoclase) yang terbentuk pertama kali, lalu baru Na-feldspar (contoh albite dan oligoclase). Mesoperthite adalah perthite yang terbentuk berkebalikan dengan antiperthite. 
  2. Ukurannya, yaitu cryptoperthite, microperthite, dan macroperthite. Cryptoperthite merupakan perthite dengan ukuran yang sangat halus. Microperthite merupakan perthite yang ukurannya lebih besar dari cryptoperthite dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Macroperthite adalah perthite dengan ukuran paling besar.
  3. Tipe, yaitu perthite, amazonite-perthite, dan orthoclase-perthite. Perthite adalah pertumbuhan yang terjadi antara albite dan microcline. Amazonite-perthite adalah perthite yang tumbuh antara albite dan microcline hijau (amazonite). Orthoclase-perthite adalah perthite yang tumbuh antara albite dan orthoclase. 
Perthite dengan kristal plagioclase.
K-fledspar pada gambar ditunjukkan sebagai butir tunggal yang memiliki garis pembagi kembar di tengah. Di dalamnya terdapat serabut plagioclase yang tidak menyatu dengan k-feldspar. K-feldspar dan plagioklas terdapat sebagai larutan mineral tunggal pada suhu tinggi.

Deskripsi Perthite (Potassic dan Alkali Feldspar) – K(AlSi3O8)
Sistem kristal         : Monoklin
Indeks refraksi : 1.518 – 1.534
Birefringence         : 0.006 – 0.007
Belahan                  : Sempurna
Twinning                : Carlsbad
Warna                   : Tidak berwarna
Pleokroisme           : Lemah
Relief                    : Lemah
Pembentukan         : Batuan vulkanik felsik 

Rekomendasi Buku Tambang-Geologi

Buku - buku pertambangan dan geologi di Indonesia bukan barang mudah untuk didapatkan memang. Kebanyakan publikasi terbatas pada buku - buku luar ataupun yang sudah diterbitkan dari zaman sebelum kemerdekaan atau lokal yang disedikan oleh pihak peneliti dan pemerintah, seperti Pusat Survei Geologi atau Kementerian ESDM.

Beberapa sarana yang digunakan para mahasiswa selama ini, setidaknya saya dulu, mengandalkan ebook, jurnal internasional dan lokal maupun presentasi dosen. Buku dalam bentuk cetak kalaupun ada di toko buku, harganya cukup lumayan untuk kantong mahasiswa. Akhirnya berujung kepada mengandalkan ebook yang akhirnya dicetak untuk membantu dalam membaca materi tersebut. Akan tetapi, tetap distribusinya masih sangat terbatas. Ujung - ujungnya balik kepada pertemanan dan kemampuan mencari di internet.

Baru - baru ini saya diberikan buku terbitan lokal yang dapat jadi tambahan bacaan di Indonesia dengan harga terjangkau untuk ukuran mahasiswat tambang dan geologi. Selain buku tersebut, ada beberapa buku lain yang bisa jadi rujukan kawan - kawan untuk bacaan senggang ataupun mengisi tugas - tugas dari dosen. Beberapa buku rekomendasi lokal saat ini:
  1. Tambang untuk Negeri, pengarang Resvani (masih PO), harga Rp 149.000 selama masa PO sampai akhir bulan Februari, penerbit Bhuana Ilmu Populer (Gramedia Group). Buku ini isinya tentang industri pertambangan nasional dan kebijakan di dalamnya. Penulis juga membahas bagaimana industri tambang seharusnya berkontribusi bagi negara dan perkembangan industri ini hingga saat ini. Selain itu, penulis juga menawarkan konsep pengelolaan sumberdaya alam yang menurut saya perlu dipertimbangkan untuk mendorong manfaat optimal pertambangan bagi negara. 
  2. A New Era of Project Economics and Investment Decision Techniques from Conventional Decision to Modern Real Options, pengarang Nuzulul Haq, harga langsung kontak ke penulis di http://explorerealoptions.com/publication/books/ karena buku dicetak berdasarkan request. Bagi kawan - kawan yang ingin belajar ekonomi industri tambang, buku ini adalah salah satu yang sangat direkomendasikan. Penulis adalah lulusan teknik pertambangan dengan pengalaman di industri pertambangan dan perminyakan sekitar 20 tahun, terutama untuk materi ini. Penulis juga banyak memberikan kursus terkait dengan project economics dan teknik pengambilan keputusan di seluruh Indonesia. Bagian real options merupakan nilai plus yang saya sangat sukai karena bidangnya termasuk yang paling sering saat ini digunakan dalam ekonomi mineral. 
  3. Ekonomi Migas, pengarang Benny Lubiantara, harga Rp 70.000, penerbit Grasindo. Buku ini bisa menjadi rujukan aspek komersial kontrak migas yang dibahas dari zaman awal Indonesia di OPEC hingga tata kelola migas pada tahun 2012. Meskipun belum diperbaharui dengan kondisi saat ini, buku ini tetap memberikan gambaran lugas seperti apa kontrak migas di Indonesia dan kebijakan fiskal OPEC. 
  4. Geoteknik ambang, pengarang Prof. Irwandy Arif, harga Rp 215.000, penerbit Gramedia Pustaka Utama. Buku ini ditulis oleh salah satu profesor dari Teknik Pertambangan ITB dengan pengalaman yang sudah mumpuni. Isinya tentang pembahasan keilmuan geoteknik secara teknis yang disertai dengan beberapa contoh kasus yang aktual terjadi di beberapa lokasi. Penulis memberikan deskripsi logis untuk masing - masing teori geoteknik yang juga disertai catatan referensi yang juga menarik untuk jadi referensi bacaan. 
  5. Batubara Indonesia, pengarang Prof. Irwandy, harga Rp 180.600, penerbit Gramedia Pustaka Utama. Buku ini merupakan buku pertama yang dikeluarkan oleh profesor yang sama. Penulis memberikan deskripsi terkait dengan industri batubara nasional secara lengkap yang dimulai dari sejarah, tata cara penambangan, jual beli hingga kebijakan yang terkait dengan batubara nasional. 

Uji Inklusi Fluida di Indonesia, Dimana?

Beberapa kolega kembali bertanya pada saya dimana melakukan pengujian inklusi fluida di Indonesia? Pengujian ini memang belum lazim untuk digunakan sebelumnya di Indonesia. Akan tetapi, di beberapa negara lain, seperti Jepang, pengujian ini jadi salah satu tools yang wajib digunakan kebanyakan anak - anak laboratorium economic gology. Manfaat tools ini bagi eksplorasi mineral terutama sangat membantu dalam pengecekan suhu mineralisasi yang terjadi pada catatan tertentu. Tidak semua inklusi dapat digunakan untuk menjadi patokan suhu mineralisasi. Harus perhatikan asal usul inklusinya atau paragenesa yang membentuk inklusi tersebut. Cek postingan sebelumnya.

Akibatnya, metode pengujian ini sama seperti pengujian lainnya memang tidak dapat berdiri sendiri. Pengujian ini adalah pelengkap pengujian lain yang dilakukan, meskipun hasil yang diberikan bersifat kuantitatif. Pada umumnya, mereka yang menggunakan pengujian ini dalam eksplorasi emas epitermal low sulfidation misalnya, pasti akan mengkonfirmasi dengan studi alterasi dan petrografi/mineralogi agar menjadi suatu kesatuan lengkap hasil yang saling mengkonfirmasi. Jika dibilang ini boros, well, bisa dikatakan iya tapi pada dasarnya dalam konsep explorasi, tidak ada satu pendekatan saja yang berdiri sendiri untuk membuktikan keberadaan bahan galian, terutama mineral di tempat tersebut.

Balik lagi ke pengujian inklusi fluida dimana dapat dilakukan? Ada beberapa referensi lokasi yang memiliki peralatan ini, sejauh yang saya tahu per postingan dilempar di website ini ya:

  1. LIPI, Jalan Cisitu No 21/154D, Dago, Coblong, Dago, Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40135
  2. Pusat Survei Geologi, Jl. Diponegoro No.57, Gedung C Bandung - 40144
  3. ITB Teknik Pertambangan, Jalan Ganesha No.10
  4. Antam UP Eksplorasi
Lalu untuk pembuatan sampel inklusi fluida yang di Indonesia dikenal sebagai double polish bisa dipesan jika tidak memiliki peralatannya sendiri ke:
  1. Tekmira Bandung, Jl. Jenderal Sudirman No.623, Wr. Muncang, Bandung Kulon, Kota Bandung, Jawa Barat 40211
  2. Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi Bandung, Jalan Soekarno Hatta No.444, Pasirluyu, Regol, Pasirluyu, Regol, Kota Bandung, Jawa Barat 40254
  3. Pusat Survei Geologi, Jl. Diponegoro No.57, Cihaur Geulis, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat 40122
Per 2013, terakhir saya melakukan pembuatan sampel biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per sampel. Di atas adalah beberapa referensi untuk pengujian inklusi fluida di Indonesia yang sampai saat ini saya tahu, mungkin jika ada tambahan atau pengurangan, boleh saya diinformasikan.