2017-03-13

#2 Mendala Metalogenik Batubara Indonesia

Formasi batubara di Indonesia tersebar di wilayah seluas 298 juta ha, dengan 40 cekungan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Papua Barat. Sebaran utama cekungan pembawa batubara yang telah diselidiki dan dieksploitasi adalah di daerah Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan tatanan tektonik, cekungan dapat diklasifikasikan menjadi busur belakang (back arc), cekungan antar gunung (intermontana basin), busur depan (fore arc), palung (trench), muka daratan (foreland), pinggiran pasif (passive margin), cekungan samudra (oceanic basin), cekungan delta (deltaic basin), lembah mereka (rifting valley), sesar mendatar (transtensional), dan cekungan pinggiran samudra (transtensional marginal oceanic basin). Cekungan tersier di Indonesia yang berkaitan dengan sistem busur kepulauan, digolongkan menjadi back deep, foreland, intramontana, dan inter-arc basin. 

Di Indonesia, tipe cekungan pembawa batubara utama adalah intermontana basin paleogen, foreland basin dan delta basin neogen. Pada cekungan muka daratan (foreland basin) terjadi pengendapan yang cepat pada zaman Tersier dalam suatu lingkungan laut yang setengah tertutup dan diikuti oleh perlipatan lemah sampai sedang pada akhir Tersier. Umur cekungan batubara Indonesia merupakan batubara tersier yang dibedakan oleh kondisi transgresi dan regresi. Umur batubara Indonesia tertua adalah batubara Paleogen, yaitu 68 jt tahun hingga 23 jt tahun. Batubara Neogen yang terbentuk setelah regresi berumur 23 jt tahun hingga 1 jt tahun lalu. 

Penampang sepanjang Paparan Sunda (berbagai sunda)
Pembentukan cekungan sedimen merupakan hasil subduksi antara lempeng samudera terhadap lempeng benua. Akibatnya juga menyebabkan terbentuknya block faulting kompleks di pinggiran kerak benua dan penurunan diferensial blok – blok yang menghasilkan cekungan sedimen. Di daerah graben, terbentuk sedimentasi terestial yang menghasilkan endapan batubara. Cekungan ini disebut sebagai cekungan intramontana. Pembentukan cekungan ini mengawali terjadi transgresi laut menyeluruh pada daerah pinggiran benua. Kondisi ini terutama terjadi di daerah Indonesia Barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Pada daerah Indonesia timur, pembentukan cekungan demikian tidak terjadi, sehingga transgresi terjadi dan menghasilkan paparan karbonat.

Penujaman lempeng samudera terhadap kerak benua yang berulang menyebabkan gerakan diferensial pada patahan yang berakhir pada pembalikan blok dan pengangkatan pada pinggiran kerak benua yang terjadi pada pertengahan tersier. Akibat pergerakan tersebut, terbentuk pelekukan pada bagian belakang (back deep) yang menjadi foreland basin. Pengisian terus menerus oleh sedimen dan pada deltanya berakhir dengan orogenesa pada Pleistosen. Di sepanjang zona penujaman juga terbentuk interdeep basin yang timbul dari hasil pemisahan material samudera pada kerak benua dan busur vulkanik dalam. Cekungan ini terbentuk dalam lingkungan laut dan masih di bawah permukaan laut hingga kini. 

No comments:

Post a Comment