Pengamatan morfologi gunung api yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemungkinan sistem panas bumi yang ada sekarang terbentuk. Pemahaman terhadap ini dapat digunakan untuk membantu interpretasi terhadap asal fluida panas bumi yang muncul ke permukaan sebagai bentuk manifestasi. Manifestasi panas bumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan. Selain itu, manifestasi dapat muncul karena adanya rekahan – rekahan yang memungkinkan fluida panas bumi (seperti uap dan air panas) mengalir ke permukaan. Daerah dengan manifestasi panas bumi di permukaan merupakan daerah yang pertama dicari untuk tahapan eksplorasi. Dengan memahami karakter manifestasi panas bumi permukaan yang ditemui dan hasil pengukuran parameternya untuk dapat membuat perkiraan mengenai sistem panas bumi di bawah permukaannya.
Manifestasi permukaan panas bumi terdiri atas:
- Tanah hangat (warm ground). Adanya keberadaan panas bumi dapat ditunjukkan dengan adanya tanah yang mempunyai temperatur lebih tinggi dibandingkan sekitarnya. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan panas secara konduksi dari batuan bawah permukaan ke batuan permukaan. Adanya tanah hangat dapat diketahui dengan mengukur gradient temperatur hingga kedalaman 1 – 2 m. Tanah hangat umumnya terjadi di atas tempat terdapatnya sumber panas bumi atau daerah sekitarnya memiliki manifestasi panas bumi yang lebih kuat, seperti adanya kolam air panas atau uap panas.
- Permukaan tanah beruap (steaming ground). Uap yang muncul berasal dari suatu lapisan tipis dekat permukaan yang mengandung air panas yang mempunyai temperatur yang sama atau lebih besar dari titik didihnya. Besarnya temperatur di permukaan tergantung pada laju aliran uap. Pada umumnya, intesitas panas di steaming ground diperkirakan dari besaran gradient temperatur.
- Mata air panas (hot or warm spring). Mata air panas terbentuk karena adanya aliran air panas/hangat dari bawah permukaan melalui rekahan – rekahan batuan. Sifat air ini yang digunakan untuk memperkirakan jenis reservoir bawah permukaannya.
- Kolam air panas (hot pools). Kolam air panas terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan melalui rekahan batuan. Pada permukaan air terjadi penguapan yang disebabkan karena adanya perpindahan panas dari permukaan air ke atmosfir. Pada boiling pools, laju air kecil dan memiliki temperatur di bawah titik didih. Pada ebullient pools merupakan kolam air panas yang bergolak karena adanya letupan – letupan kuat yang muncul sebagai akibat pelepasan uap panas di bawah permukaan air.
- Fumarol. Fumarol merupakan lubang kecil yang memancarkan uap panas kering atau yang mengandung butiran – butiran air. Temperatur uap umumnya tidak lebih dari 100 derajat Celcius.
- Geyser. Geyser merupakan mata air panas yang memancar ke udara pada selang waktu tertentu dengan ketinggian yang beraneka ragam.
- Kubangan lumpur panas (mud pools). Kubangan lumpur panas mengandung non-condensible gas (CO2) dengan sejumlah kecil uap panas. Lumpur terdapat dalam keadaan cair karena adanya kondensasi uap panas. Letupan yang terjadi adalah akibat pancaran CO2.
- Alterasi batuan. Alterasi hidrotermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya reaksi antara batuan asal dengan fluida panas bumi. Batuan hasil alterasi bergantung pada bebarapa faktor, yaitu temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fluida, dan lamanya reaksi. Reaksi antara batuan dengan air klorida dapat menyebabkan terjadinya pengendapan dan pertukaran mineral seperti klorit, adularia dan epidot. Reaksi dengan air asam pada kedalaman relatif dangkal akan mengakibatkan batuan terubahkan menjadi mineral lempung.
No comments:
Post a Comment